2759 Rema : Mengingat kembali posisi kita
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua ha Mashiach.
Saudara-saudari kekasih di dalam Kristus, renungan malam ini berdasarkan firman:
*Yakobus 4:11-12 (TB)*
Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan *jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.*
dengan tema:
*Mengingat kembali posisi kita*
Memfitnah sesama berarti membuat pernyataan atas orang lain yang belum tentu kebenarannya. Tidak jauh berbeda, menghakimi adalah memutuskan baik buruknya seseorang tanpa memahami dulu duduk masalahnya.
Bagi kita yang dihakimi dan difitnah tentu saja tidak menyenangkan. Namun sadar ataupun tidak, kadang kita memfitnah atau menghakimi sesama padahal belum tentu pendapat kita itu benar, minimal dengan berujar: "Memang si X itu orangnya malas, begini, begitu..." atau "Seharusnya yang benar adalah si X itu melakukan ini...itu..."
Dalam posisi menghakimi, seakan-akan kita di atas orang tersebut dan _seolah-olah_ benar sendiri.
Padahal kalau mau menyadari, semakin kita menuduh orang lain, semakin terlihat bahwa ucapan kita tidak menjadi berkat, namun hanya cacat cela. Padahal hukum atau aturan mengenai dosa atau tidak berdosa, layak atau tidak layak perihal kelakuan orang lain adalah urusan Sang Kristus dengan orang tersebut, karena sesungguhnya IA lah satu-satunya Hakim pada Hari Penghakiman.
(ayat 12)
*Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan.* Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?
Sang Hakim itulah yang membuat aturan dan IA berkuasa menyatakan seorang manusia mendapat kemuliaan dan kehidupan kekal atau kesengsaraan dan kebinasaan kekal.
Jauh lebih baik, bila kita introspeksi diri kita: sudahkah kita menaati hukum-hukum Allah, ketimbang menjadi juri, wasit, hakim atas orang lain yang cenderung negatif. Manusia banyak salah dan kekurangannya, namun BAPA maha bijaksana.
*Lukas 6:38b (TB)*
... Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Mari lebih berhati-hati dalam bertutur kata atau memberi pendapat akan orang lain, apalagi belum tentu pendapat itu benar.
Selamat malam, selamat merenungkan dan introspeksi diri.
TUHAN Yesus memberkati menurut kekayaan kemurahan-Nya.
Halleluya! Amin.
*PD Autopia Malang*
Andrias
Saudara-saudari kekasih di dalam Kristus, renungan malam ini berdasarkan firman:
*Yakobus 4:11-12 (TB)*
Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan *jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.*
dengan tema:
*Mengingat kembali posisi kita*
Memfitnah sesama berarti membuat pernyataan atas orang lain yang belum tentu kebenarannya. Tidak jauh berbeda, menghakimi adalah memutuskan baik buruknya seseorang tanpa memahami dulu duduk masalahnya.
Bagi kita yang dihakimi dan difitnah tentu saja tidak menyenangkan. Namun sadar ataupun tidak, kadang kita memfitnah atau menghakimi sesama padahal belum tentu pendapat kita itu benar, minimal dengan berujar: "Memang si X itu orangnya malas, begini, begitu..." atau "Seharusnya yang benar adalah si X itu melakukan ini...itu..."
Dalam posisi menghakimi, seakan-akan kita di atas orang tersebut dan _seolah-olah_ benar sendiri.
Padahal kalau mau menyadari, semakin kita menuduh orang lain, semakin terlihat bahwa ucapan kita tidak menjadi berkat, namun hanya cacat cela. Padahal hukum atau aturan mengenai dosa atau tidak berdosa, layak atau tidak layak perihal kelakuan orang lain adalah urusan Sang Kristus dengan orang tersebut, karena sesungguhnya IA lah satu-satunya Hakim pada Hari Penghakiman.
(ayat 12)
*Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan.* Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?
Sang Hakim itulah yang membuat aturan dan IA berkuasa menyatakan seorang manusia mendapat kemuliaan dan kehidupan kekal atau kesengsaraan dan kebinasaan kekal.
Jauh lebih baik, bila kita introspeksi diri kita: sudahkah kita menaati hukum-hukum Allah, ketimbang menjadi juri, wasit, hakim atas orang lain yang cenderung negatif. Manusia banyak salah dan kekurangannya, namun BAPA maha bijaksana.
*Lukas 6:38b (TB)*
... Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."
Mari lebih berhati-hati dalam bertutur kata atau memberi pendapat akan orang lain, apalagi belum tentu pendapat itu benar.
Selamat malam, selamat merenungkan dan introspeksi diri.
TUHAN Yesus memberkati menurut kekayaan kemurahan-Nya.
Halleluya! Amin.
*PD Autopia Malang*
Andrias
Komentar
Posting Komentar