2277 Rema: Jadilah Anak Kesayangan Allah

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Topik renungan pagi hari ini adalah:

*Jadilah Anak Kesayangan Allah*

Bacaan:

*Lukas 15: 11-32 (Perumpamaan tentang anak yang hilang)*

Nats pokok:

Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.
*Lukas 15: 13.*


Para kekasih Kristus, dalam kisah perumpamaan tentang anak yang hilang ini kita bisa mengambil kesimpulan dua hal yang pada prinsipnya sama, yaitu: *kedua anak yang bodoh.*
Si anak bungsu bersikap bodoh karena setelah meminta bagiannya dia pergi ke negeri yang jauh, berfoya-foya hingga hartanya habis bahkan hampir mati kelaparan karena tidak bisa mengisi perutnya
*Lukas 15: 16.*

Demikian pula, sama halnya dengan si bungsu, si sulung juga tidak merasa berbahagia meskipun hidup dengan orangtuanya yang berkelimpahan. Ia mengeluh dan berkata:
“Telah bertahun-tahun aku telah melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku.”
*Lukas 15: 29.*


Betapa kedua anak orang kaya itu menderitanya. Yang satu *jatuh ke dalam kondisi yang sangat melarat,* yang lain walau dalam kelimpahan harta *tidak merasakan adanya sukacita!*
Apakah artinya semuanya ini?

Apabila itu kisah ini diposisikan terhadap diri kita, ibarat siapakah diri kita ini?
Si sulung atau si bungsu?
Barangkali sebagian besar dari kita mengatakan bahwa diri kita ibarat si anak sulung. Kita “sudah menjalankan” perintah-perintah-Nya namun tidak merasakan adanya sukacita … mengapa demikian? Padahal Bapa sudah menjelaskan: *“Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan Aku, dan segala kepunyaan-Ku adalah kepunyaanmu.” *Lukas 15: 31.*

Tetapi *kita tidak pernah meminta kepada-Nya dengan cara yang benar,* karena apa? Karena kita masih belum bisa mengasihi saudara kita sendiri, sebagaimana Bapa mengatakan: “Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu …” Namun kenyataannya si sulung merespon dengan kemarahan
*Lukas 15: 28.*

Para kekasih Kristus, Bapa menghendaki agar kita hidup dengan lebih bersungguh-sungguh saling mengasihi, sebagaimana firman-Nya:
“… Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
*Matius 5: 44*

Demikian pula: “…barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.”
*1 Yohanes 4: 20.*


Karenanya, marilah kita terus *fokus belajar menerapkan kasih, baik kepada saudara, teman, kerabat bahkan musuh; terlebih kepada Bapa kita di sorga.* Agar kita boleh menjadi anak kesayangan-Nya yang jauh dari kebodohan si bungsu dan si sulung dalam perumpamaan tentang anak yang hilang di atas. Hiduplah serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya.
*Amsal 8: 30*

Kiranya Roh Kudus menolong kita semuanya mewujudkan diri kita menjadi anak kesayangan-Nya, karena kita senantiasa bergaul dengan Allah dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Immanuel!

*PD Autopia – Malang*
   _gunawanwibisono_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR