2252 Rema: BUKAN BUDAYA MARAH, MELAINKAN RAMAH

Shalom Aleichem b'shem Yeshua Ha Mashiach,

Renungan malam ini dengan tema:

*BUKAN BUDAYA MARAH, MELAINKAN RAMAH*

Diambil dari

*Kejadian 26: 20- 22* (TB) lalu bertengkarlah para gembala Gerar dengan para gembala Ishak. Kata mereka, “Air ini kepunyaan kami.” Dan Ishak menamai sumur itu Esek karena mereka bertengkar dengan dia di sana. Kemudian mereka menggali sumur lain dan mereka bertengkar juga tentang itu. Maka Ishak menamai sumur itu Sitna. Ia pindah dari situ dan menggali sumur yang lain lagi, tetapi tentang sumur ini mereka tidak bertengkar. Sumur ini dinamai Rehobot dan ia berkata, “Sekarang TUHAN telah memberikan kelonggaran kepada kita sehingga kita dapat beranak cucu di negeri ini.”


Kemarin di kantor, teman-teman menunjukkan foto sebuah sepatu olahraga. Namun, ketika ditanyakan warna sepatu itu, ternyata ada tiga kelompok penjawab yang berbeda. Kelompok pertama menyatakan berwarna abu-abu dengan tali putih, kelompok kedua berwarna _soft pink_  dengan tali kehijauan, dan kelompok ketiga berwarna _pink_ dengan tali putih. Perbedaan persepsi tersebut menimbulkan perdebatan sengit antara satu dengan yang lain. Tak berujung tak berpangkal pula!

Nah, lucu bukan? Satu gambar yang sama ternyata berbeda persepsi jawaban. Apa matanya yang salah? Apa ada yang buta warna? Ternyata perbedaan jawaban itu karena bersesuaian dengan dominan kerja otak yang mana. 
Kelompok pertama lebih dominan otak kiri, kelompok kedua cenderung dominan otak kanan, sedangkan kelompok ketiga otak kiri dan kanan bekerja seimbang. Jika demikian, apa untungnya berdebat dan bertengkar?

Saudaraku kekasih Kristus, bukankah demikian kehidupan kita sesehari? Selalu saja di antara kita memiliki perbedaan pendapat, bukan? Nah, becermin dari kondisi tes warna sepatu di atas, sebenarnya kita bisa mengambil jalan tengah. Sebenarnya perbedaan di antara kita itu terjadi karena masing-masing dipengaruhi oleh kondisi pribadi individu.  Jika kita menyadari seperti itu, tentu tidak akan terjadi perdebatan, pertengkaran, pertikaian, bahkan hingga perpecahan sekalipun. Tidak perlu terjadi,bukan?

Pada nats di atas diketahui memang pertengkaran itu terjadi sejak zaman dahulu. Pertengkaran itu terjadi karena hal berikut: 

*Yakobus 4:2* (TB) Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, *karena kamu tidak berdoa*.


Dengan demikian, triknya agar tidak melakukan hal jahat itu adalah *harus berdoa*.
Nasihat-Nya agar kita tidak bertengkar juga kita peroleh dalam:

*Amsal 3:30* (TB) Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu.


Bahkan, siapa yang suka bertengkar berarti mencari kehancuran

*Amsal 17:19* (TB) Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran.


Karena kita sudah ditebus-Nya dengan lunas, dengan darah tak bercacat yang sangat mahal, kita diingatkan supaya bersikap ramah dan lemah lembut sehingga mampu menuntun orang untuk bertobat.

*2 Timotius 2:24-26* (TB) sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.


Apalagi sebagai seorang isteri. Pada Amsal banyak kita temukan peringatan agar para isteri tidak suka bertengkar:

*Amsal 21:9, 19* (TB) (9) Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar. (19) Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka bertengkar dan pemarah.

*Amsal 25:24* (TB) Lebih baik tinggal pada sudut sotoh rumah dari pada diam serumah dengan perempuan yang suka bertengkar.

*Amsal 27:15* (TB) Seorang isteri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan.


Nah, saudaraku, mari kita berdoa, memohon agar dimampukan-Nya melakukan sabda kudus-Nya ini untuk bersikap ramah dan berperilaku manis demi kemuliaan nama-Nya.

Tuhan Yesus memberkati, Amin.

*PD AUTOPIA MALANG*
Ninik SR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR