1524 Rensi: MENGENAI PEPUJIAN

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan siang ini dengan tema:

*MENGENAI PEPUJIAN*

diambil dari :

*Kisah Para Rasul 16: 25-26* (TB)  Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.

Luar biasa! Kesaksian kuasa pujian zaman Rasul Paul ini ternyata sangat memberkati. Saya pun pernah mendengar kesaksian seseorang yang memercayai Tuhan Yesus Kristus karena sering mendengar tetangganya melantunkan pepujian. Tetangganya yang berasal dari luar Jawa itu melakukan ibadah keluarga dengan melantunkan pepujian. Lagunya sangat indah dan merdu serta dinyanyikan layaknya sebuah koor, ada yang suara sopran, alto, tenor, dan bas secara lengkap. Mereka menyanyikannya dengan penjiwaan sehingga siapa pun yang mendengar ikut terhanyut oleh suasana penyembahan.

Lagu yang menggema setiap malam  itu menyebabkan beberapa tetangganya bukan hanya kagum, melainkan juga ikut menikmatinya. Bahkan, ada yang menunggu-nunggu saat mereka melantunkannya. Nah, salah seorang tetangganya  tersebut ikut merasakan dampaknya.

Hatinya menjadi tentram dan damai. Selanjutnya, secara sembunyi-sembunyi ia  mencari tahu tentang kekristenan dengan ikut kursus Alkitab yang saat itu diselenggarakan oleh pihak tertentu secara tertulis gratis dikirim per pos. Pada akhirnya tetangga ini menyerahkan dirinya untuk dibaptiskan dan ikut ke dalam pelbagai kegiatan kerohanian, salah satunya membagikan kesaksian ini.

Itu  adalah salah satu dampak positif dari mendengarkan dan memperdengarkan  pepujian secara _life_. Iman yang dinyatakan melalui pepujian ternyata tidak hanya untuk diri pribadi, tetapi juga untuk siapa pun yang mendengarkannya.

*Mazmur 150:6*  (TB) Biarlah segala yang bernapas memuji Tuhan.

Sudahkah saya melantunkan pepujian karena saya diberi napas gratis oleh-Nya? Karena suara saya tidak bagus, tentu saya tidak akan bisa memperdengarkan pepujian yang memberkati orang lain. Namun, saya harus tetap memuji Tuhan Yesus meskipun hanya di dalam hati atau mendengarkan lagu pepujian yang bisa saya peroleh lewat sarana apa pun.

Terkadang saya iri terhadap mereka yang dianugerahi talenta memuji Tuhan Yesus melalui suaranya. Namun, saya tahu, Tuhan Yesus memberikan talenta lain dan cara lain agar saya tetap bisa memuji memuliakan nama-Nya.

*Mazmur 66: 1-2, 5* (TB) Bersorak sorailah bagi Allah, hai seluruh bumi, mazmurkanlah kemuliaan nama-Nya, muliakanlah Dia dengan puji-pujian! Pergilah dan lihatlah pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatan-Nya terhadap manusia.

Ya, memuji Tuhan Yesus memang memiliki khasiat dan kuasa luar biasa. Rasul Paulus telah membuktikannya. Demikian juga dengan sorak sorai. Tembok  Yerikho pun runtuh karenanya.

*Yosua 6:20* (TB) Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu.

Harus bersorak sorai dan memuji kemuliaan nama-Nya karena pekerjaan tangan-Nya yang ajaib bagi manusia?
Berarti sekalipun sedang diberi keadaan tidak nyaman pun, sebagaimana Raja Daud, saya harus memuji memuliakan nama-Nya karena rancangan-Nya yang ajaib akan keselamatan jiwa.

*Mazmur 34:2* (TB) Aku hendak memuji TUHAN pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.

Apa  yang saya lakukan sesehari? Seringkali sungut dan keluh kesah semata. Permohonan-permohonan melulu. Untuk kepentingan diri pribadi pula! Memuji memuliakan nama-Nya lewat pepujian tidak, lewat doa dan permohonan pun hanya fokus pada diri sendiri, tidak melihat betapa Allah Bapa merancang segala sesuatu untuk semua umat dengan bijak dan penuh kasih.

Jika Raja Daud menyatakan hendak memuji TUHAN pada segala waktu dan puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutnya, apakah saya pun demikian? Ternyata tidak! Saat tidak nyaman, saat sakit, saat diguncangbangkitkan-Nya, masih belum terucap puji-pujian kepada-Nya!

Masih banyak yang harus dibenahi! Karena itu, selayaknya segera memohon belas kasih agar Bapa berkenan mengampuni dan mengubah _mindset_ dan perilaku salah saya yang selama ini dan sampai saat ini belum memuji memuliakan nama-Nya.

Kiranya Rohul kudus berkenan mengubahkan saya. Haleluya. Amin.

*PD AUTOPIA MALANG*
03052018
Ninik. SR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR