1294 Rensi : Mutiara
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan siang ini diambil dari:
*Ayub 28:18b (TB)* memiliki hikmat adalah lebih baik daripada *mutiara*
Dengan tema:
*MUTIARA*
Saat masih kecil, mendengar kata *mutiara* dan belum melihat bendanya saja saya sudah kagum. Takjub saat membaca uraian singkat terbentuknya mutiara itu, betapa kerang yang dimasuki sesuatu itu merasa disakiti dan membalut sumber penyakitnya itu menjadi sesuatu yang sangat indah. Saat itu, dengan masa lalu kelam saya, seseorang menceritakan analogi mutiara itu. Dikatakannya bahwa sebagaimana kerang itu, kita harus bisa membalut sesuatu yang menyakitkan menjadi indah dan berharga di mata orang lain. Analogi itu ternyata mampu menjadi pemicu dan pemacu semangat saya.
Setelah ditangkap dan dipungut Tuhan Yesus, saya pun mendengar kata mutiara itu lewat firman di atas yang dalam versi lain dituliskan:
*Ayub 28:18b (IMB)* lebih baik mempunyai hikmat daripada permata.
Harta duniawi dan berbagai permata yang saya kejar mati-matian, ternyata sia-sia dan sangat lebih baik memiliki hikmat. Padahal, sumber hikmat itu adalah Tuhan Yesus Kristus, yang pada masa kini hadir di hadapan saya dan Anda dalam wujud karya Roh Kudus.
*Matius 13:46 (TB)* Setelah ditemukannya *mutiara* yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Jika Tuhan Yesus diibaratkan sebagai mutiara, setelah memiliki Tuhan Yesus, saya tidak memerlukan yang lain. Tinggal memelihara dan menyimpan harta itu dengan baik. Memang, mempertahankan iman kepada-Nya sangat tidak mudah dan membutuhkan upaya serta kesungguhan. Seringkali terpeleset justru oleh hal sepele. Dengan sedikit masalah bisa saja melupakan-Nya jika berpikir dengan menggunakan akal budi dan pikiran manusia. Misalnya, saat _matur_ memohon sarana kesembuhan dan disabdakan menggunakan sesuatu yang secara akal tidak masuk akal, itulah iman sedang diuji. Apakah masih tetap percaya akan keberadaan dan karya ajaib-Nya? Selanjutnya, kita perhatikan firman perihal mutiara berikut:
*Matius 7:6 (TB)* "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan *mutiaramu* kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."
Hal lain yang sering memelesetkan manusia adalah jika diperhadapkan dengan dunia dan segala isinya ini. Manusia biasa tergiur oleh apa yang dilihat mata seperti tahta atau kuasa, harta, rupa. Dengan iming-iming diberi jabatan penting asal meninggalkan iman, sudah bukan rahasia lagi.
Demikian juga ancaman untuk tidak menerima warisan harta jika berpindah keyakinan mengikut Juru Selamat, bagi pemula bukan pula hal yang mudah. Apalagi bagi muda-mudi yang sedang kasmaran. Seringkali hanya karena tergiur oleh ketampanan atau kemolekan fisikal lawan jenisnya rela mengorbankan diri untuk meninggalkan iman keyakinannya. Padahal, Sabda Bapa adalah :
*1 Samuel 16:7 (TB)* Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Selain itu, kepada kita diajarkan agar memiliki perilaku dan perbuatan yang baik sebagaimana firman pada:
*1 Timotius 2:9-10 (TB)* Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau *mutiara* ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
Berdandan pantas di sini tentu saja siapa pun kita harus mengenakan busana yang layak saat ke tempat ibadah dan untuk niat ibadah. Kurang pas jika kita hanya mengenakan celana pendek seperti saat kita akan berwisata ke pantai manakala niat hati kita pergi ke kebaktian. Bagaimana pun kita harus menghormati Bapa melalui busana yang kita kenakan. Agar tidak menyebabkan kesenjangan sosial, bagus juga jika saat ke gereja kita tidak mengenakan busana pesta yang glamour karena Bapa lebih melihat hati bukan melihat penampilan kita. Lagipula yang terutama adalah kita harus mnghormati Bapa dengan sikap hati dan perilaku kita, bukan?
*Maleakhi 1:6 (TB)* Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?
Jangan sampai kita mengalami tamparan malaikat Bapa karena kita tidak menghormati-Nya:
*Kisah Para Rasul 12:23 (TB)* Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.
Tuhan Yesus pasti akan menolong kita untuk bisa menyimpan *mutiara* hati kita ini, dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Imanuel.
*PD AUTOPIA MALANG*
06012018
Ninik SR
*Ayub 28:18b (TB)* memiliki hikmat adalah lebih baik daripada *mutiara*
Dengan tema:
*MUTIARA*
Saat masih kecil, mendengar kata *mutiara* dan belum melihat bendanya saja saya sudah kagum. Takjub saat membaca uraian singkat terbentuknya mutiara itu, betapa kerang yang dimasuki sesuatu itu merasa disakiti dan membalut sumber penyakitnya itu menjadi sesuatu yang sangat indah. Saat itu, dengan masa lalu kelam saya, seseorang menceritakan analogi mutiara itu. Dikatakannya bahwa sebagaimana kerang itu, kita harus bisa membalut sesuatu yang menyakitkan menjadi indah dan berharga di mata orang lain. Analogi itu ternyata mampu menjadi pemicu dan pemacu semangat saya.
Setelah ditangkap dan dipungut Tuhan Yesus, saya pun mendengar kata mutiara itu lewat firman di atas yang dalam versi lain dituliskan:
*Ayub 28:18b (IMB)* lebih baik mempunyai hikmat daripada permata.
Harta duniawi dan berbagai permata yang saya kejar mati-matian, ternyata sia-sia dan sangat lebih baik memiliki hikmat. Padahal, sumber hikmat itu adalah Tuhan Yesus Kristus, yang pada masa kini hadir di hadapan saya dan Anda dalam wujud karya Roh Kudus.
*Matius 13:46 (TB)* Setelah ditemukannya *mutiara* yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Jika Tuhan Yesus diibaratkan sebagai mutiara, setelah memiliki Tuhan Yesus, saya tidak memerlukan yang lain. Tinggal memelihara dan menyimpan harta itu dengan baik. Memang, mempertahankan iman kepada-Nya sangat tidak mudah dan membutuhkan upaya serta kesungguhan. Seringkali terpeleset justru oleh hal sepele. Dengan sedikit masalah bisa saja melupakan-Nya jika berpikir dengan menggunakan akal budi dan pikiran manusia. Misalnya, saat _matur_ memohon sarana kesembuhan dan disabdakan menggunakan sesuatu yang secara akal tidak masuk akal, itulah iman sedang diuji. Apakah masih tetap percaya akan keberadaan dan karya ajaib-Nya? Selanjutnya, kita perhatikan firman perihal mutiara berikut:
*Matius 7:6 (TB)* "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan *mutiaramu* kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."
Hal lain yang sering memelesetkan manusia adalah jika diperhadapkan dengan dunia dan segala isinya ini. Manusia biasa tergiur oleh apa yang dilihat mata seperti tahta atau kuasa, harta, rupa. Dengan iming-iming diberi jabatan penting asal meninggalkan iman, sudah bukan rahasia lagi.
Demikian juga ancaman untuk tidak menerima warisan harta jika berpindah keyakinan mengikut Juru Selamat, bagi pemula bukan pula hal yang mudah. Apalagi bagi muda-mudi yang sedang kasmaran. Seringkali hanya karena tergiur oleh ketampanan atau kemolekan fisikal lawan jenisnya rela mengorbankan diri untuk meninggalkan iman keyakinannya. Padahal, Sabda Bapa adalah :
*1 Samuel 16:7 (TB)* Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."
Selain itu, kepada kita diajarkan agar memiliki perilaku dan perbuatan yang baik sebagaimana firman pada:
*1 Timotius 2:9-10 (TB)* Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau *mutiara* ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.
Berdandan pantas di sini tentu saja siapa pun kita harus mengenakan busana yang layak saat ke tempat ibadah dan untuk niat ibadah. Kurang pas jika kita hanya mengenakan celana pendek seperti saat kita akan berwisata ke pantai manakala niat hati kita pergi ke kebaktian. Bagaimana pun kita harus menghormati Bapa melalui busana yang kita kenakan. Agar tidak menyebabkan kesenjangan sosial, bagus juga jika saat ke gereja kita tidak mengenakan busana pesta yang glamour karena Bapa lebih melihat hati bukan melihat penampilan kita. Lagipula yang terutama adalah kita harus mnghormati Bapa dengan sikap hati dan perilaku kita, bukan?
*Maleakhi 1:6 (TB)* Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepada-Ku itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepada-Ku itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menghina nama-Mu?
Jangan sampai kita mengalami tamparan malaikat Bapa karena kita tidak menghormati-Nya:
*Kisah Para Rasul 12:23 (TB)* Dan seketika itu juga ia ditampar malaikat Tuhan karena ia tidak memberi hormat kepada Allah; ia mati dimakan cacing-cacing.
Tuhan Yesus pasti akan menolong kita untuk bisa menyimpan *mutiara* hati kita ini, dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Imanuel.
*PD AUTOPIA MALANG*
06012018
Ninik SR
Komentar
Posting Komentar