652 Rensi: Belajar untuk Diam
Shalom Aleichem be Shem Yeshua ha Mashiach
Saudaraku kekasih TUHAN Yesus, renungan siang ini dari:
Ayub 33:
"(31) Perhatikanlah, hai Ayub, dengarkanlah aku, diamlah, akulah yang berbicara. (32) Jikalau ada yang hendak kaukatakan, jawablah aku; berkatalah, karena aku rela membenarkan engkau. (33) Jikalau tidak, hendaklah engkau mendengarkan aku; diamlah, aku hendak mengajarkan hikmat kepadamu."
Dengqn tema:
*"Belajar untuk Diam"*
Salah satu kutipan favorit saya ketika mengajar Komunikasi Bisnis adalah:
_"The biggest communication problem is we do not listen to understand. We listen to reply"._ (Stephen R. Covey)
~> Masalah terbesar dalam komunikasi adalah kita tidak mendengarkan untuk memahami. Kita mendengarkan untuk membalas/merespon.
Kebanyakan dalam berkomunikasi dengan rekan bisnis, partner, keluarga atau komunitas sering kita perhatikan ada beberapa orang atau mungkin termasuk kita, selalu menyahut pembicaraan sebelum memahami dulu apa isi dari yang dibicarakan.
Semisal sedang bercakap-cakap dengan konsumen mengenai kenaikan harga produk/jasa, kemudian belum memahami benar alasan (kenaikan itu adalah untuk penyetaraan harga seluruh daerah) si konsumen sudah protes duluan padahal selama ini harga yang dikenakan sudah jauh di bawah harga pasar.
Bagaimana dengan saat beribadah/berdoa?
Bukankah kita sering nyahut dulu. Belum selesai kalimat yang disampaikan sudah menjawab "inggiiiihhh...inggih......
inggiiihhh.."
*-lha nggih niki ingkang dimaksud inggah inggih nanging mboten kepanggih-*
Kutipan dari Kitab Ayub di atas disampaikan oleh Elihu bin Barakheel (Ayub 32 - sangat menarik untuk dibaca) seorang yang masih muda namun ingin mengingatkan kepada Ayub ketika Ayub merasa "lebih benar" dari Allah.
Padahal dengan diam seperti kutipan pujian:
"Saat keadaan sek'lilingku
ada di luar kemampuanku
ku BERDIAM DIRI mencari Mu...
Doa mengubah segala sesuatu"
Apa kita bisa menemukan TUHAN Yesus serta hikmat Nya dengan sedikit-dikit nyahut, sedikit-dikit protes, sedikit-dikit nyolot ?
Tenang dulu..diam..perhatikan dan pahami maksud firman yang disampaikan. Biarkan firman itu meresap dalam hati kemudian dipahami...lalu direfleksikan...dengan membandingkan sikap tingkah laku hidup kita, dengan ketetapan firman. Apakah sudah semakin condong atau malah menjauh dari firman yang disampaikan?
Pada jaman Daud menghadapi peperangan, yang diserukan adalah perintah "Diamlah!"
Mazmur 46:
_"(10) (46-11) "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!
Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"_
Atau ketika Musa berbicara kepada orang Israel
Ulangan 27:
_"(9) Juga berbicaralah Musa dan imam-imam orang Lewi kepada seluruh orang Israel: "Diamlah dan dengarlah, hai orang Israel. Pada hari ini engkau telah menjadi umat TUHAN, Allahmu.(10) Sebab itu engkau harus mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini."_
Dengan berdiam diri, mencari TUHAN melalui perenungan firman, TUHAN akan berkenan memberikan hikmat pengertian yang baik dalam hidup kita semua.
Baiklah kemudian kita belajar diam dulu sebelum merespon apapun agar hikmat itu bisa diperkenan menguasai akal pikiran dan hati kita.
Selamat beraktivitas.
Percaya terus bahwa doa (bersama dgn iman dan syukur) sanggup mengubah segala sesuatu.
Amin.
🙏
*PD AUTOPIA MALANG*
18022017
Andrias Trisusanto
Saudaraku kekasih TUHAN Yesus, renungan siang ini dari:
Ayub 33:
"(31) Perhatikanlah, hai Ayub, dengarkanlah aku, diamlah, akulah yang berbicara. (32) Jikalau ada yang hendak kaukatakan, jawablah aku; berkatalah, karena aku rela membenarkan engkau. (33) Jikalau tidak, hendaklah engkau mendengarkan aku; diamlah, aku hendak mengajarkan hikmat kepadamu."
Dengqn tema:
*"Belajar untuk Diam"*
Salah satu kutipan favorit saya ketika mengajar Komunikasi Bisnis adalah:
_"The biggest communication problem is we do not listen to understand. We listen to reply"._ (Stephen R. Covey)
~> Masalah terbesar dalam komunikasi adalah kita tidak mendengarkan untuk memahami. Kita mendengarkan untuk membalas/merespon.
Kebanyakan dalam berkomunikasi dengan rekan bisnis, partner, keluarga atau komunitas sering kita perhatikan ada beberapa orang atau mungkin termasuk kita, selalu menyahut pembicaraan sebelum memahami dulu apa isi dari yang dibicarakan.
Semisal sedang bercakap-cakap dengan konsumen mengenai kenaikan harga produk/jasa, kemudian belum memahami benar alasan (kenaikan itu adalah untuk penyetaraan harga seluruh daerah) si konsumen sudah protes duluan padahal selama ini harga yang dikenakan sudah jauh di bawah harga pasar.
Bagaimana dengan saat beribadah/berdoa?
Bukankah kita sering nyahut dulu. Belum selesai kalimat yang disampaikan sudah menjawab "inggiiiihhh...inggih......
inggiiihhh.."
*-lha nggih niki ingkang dimaksud inggah inggih nanging mboten kepanggih-*
Kutipan dari Kitab Ayub di atas disampaikan oleh Elihu bin Barakheel (Ayub 32 - sangat menarik untuk dibaca) seorang yang masih muda namun ingin mengingatkan kepada Ayub ketika Ayub merasa "lebih benar" dari Allah.
Padahal dengan diam seperti kutipan pujian:
"Saat keadaan sek'lilingku
ada di luar kemampuanku
ku BERDIAM DIRI mencari Mu...
Doa mengubah segala sesuatu"
Apa kita bisa menemukan TUHAN Yesus serta hikmat Nya dengan sedikit-dikit nyahut, sedikit-dikit protes, sedikit-dikit nyolot ?
Tenang dulu..diam..perhatikan dan pahami maksud firman yang disampaikan. Biarkan firman itu meresap dalam hati kemudian dipahami...lalu direfleksikan...dengan membandingkan sikap tingkah laku hidup kita, dengan ketetapan firman. Apakah sudah semakin condong atau malah menjauh dari firman yang disampaikan?
Pada jaman Daud menghadapi peperangan, yang diserukan adalah perintah "Diamlah!"
Mazmur 46:
_"(10) (46-11) "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!
Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"_
Atau ketika Musa berbicara kepada orang Israel
Ulangan 27:
_"(9) Juga berbicaralah Musa dan imam-imam orang Lewi kepada seluruh orang Israel: "Diamlah dan dengarlah, hai orang Israel. Pada hari ini engkau telah menjadi umat TUHAN, Allahmu.(10) Sebab itu engkau harus mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan perintah dan ketetapan-Nya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini."_
Dengan berdiam diri, mencari TUHAN melalui perenungan firman, TUHAN akan berkenan memberikan hikmat pengertian yang baik dalam hidup kita semua.
Baiklah kemudian kita belajar diam dulu sebelum merespon apapun agar hikmat itu bisa diperkenan menguasai akal pikiran dan hati kita.
Selamat beraktivitas.
Percaya terus bahwa doa (bersama dgn iman dan syukur) sanggup mengubah segala sesuatu.
Amin.
🙏
*PD AUTOPIA MALANG*
18022017
Andrias Trisusanto
Komentar
Posting Komentar