643 Regi: Mendengar Suara Allah
Shalom Aleichem b'Shem Jeshua ha Maschiah renungan pagi ini dengan tema:
*MENDENGAR SUARA ALLAH*
*1Samuel 3:10 (TB) Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar"*
Mendengar suatu berita atau panggilan, perlu sikap yang sungguh-sungguh. Sikap mendengar seseorang berbeda-beda, ada yang membiarkan berita itu berlalu begitu saja, ada yang sungguh menanggapi dengan baik. Semua itu tergantung pada isi berita, cara penyampaian, siapa yang menyampaikan dan siapa yang menerima berita. Mendengar dengan cermat dan sungguh-sungguh mengenai berita yang sangat penting, perlu sikap untuk mau mendengar dan melaksanakannya.
Kita perhatikan *1Sam3:1-10* pengalaman Samuel dalam mendengar suara Allah, Samuel belum kenal dengan Allah berkali- kali bertanya kepada Imam Eli, disini Samuel dalam mengenal suara Allah, memerlukan pendampingan imam Eli yang telah mengenal suara Allah terlebih dahulu, sehingga Samuel siap-siap untuk memperhatikan apa yang hendak disampaikan Allah kepada Samuel.
Saudara , kita sering memperlihatkan kepada Allah, kurangnya kasih dan hormat kita kepadaNya, dengan sikap yang tidak peka dari hati dan pikiran kita terhadap ucapan firman Nya. Jika kita mengasihiNya maka secara naluri, kita akan memahami keinginanNya, harapanNya. Yesus telah mengangkat kita jadi sahabatNya *Yoh15: 14 * kamu adalah sahabatKu jika kamu berbuat apa yang Ku perintahkan kepadamu*.
Suadara apa kita tidak mendengar perkataan sahabat kita dan melakukan apa yang diperintahkanNya kepada kita, mari kita tanya pada diri kita, apakah kita tidak atau telah menuruti perintah Tuhan pada hari atau minggu ini? Jika kita menyadari bahwa itu merupakan perintah Yesus sahabat kita, pasti kita takkan sengaja untuk melanggarNya. Akan tetapi kebanyakan kita menunjukan rasa tidak hormat kepada Allah, karena kita sama sekali tidak memperhatikan dan tidak melakukan perintahNya.
Tujuan kehidupan rohani kita adalah hidup serupa dengan Kristus, sehingga selalu mendengar suara Allah dan mengetahui bahwa Allah mau mendengar suara kita. Jika kita serupa dan dipersatukan dengan Kristus, kita pasti mendengar dan melakukan firmanNya, sepanjang kehidupan kita dan kita akan dimuliakanNya, *Rom8:29*
Yang merintangi pendengaran kita adalah perhatian kita yang tertuju pada hal-hal lain. Bukannya kita enggan mendengar suara Allah, mamun kita sedang tidak mempethatikan segi yang tepat dari hidup saya. Kita sedang memperhatikan hal hal lain dan bahkan Pelayanan dan keyakinan kita. Allah boleh berbicara apapun yang dikehendakinya, namun kita tak mendengarkan Dia. Sebaliknya sikap seorang anak Allah haruslah selalu mempunyai sikap seperti Samuel _"berbicaralah sebab hambamu ini mendengar_ jika saya tidak mau mengembangkan dan memupuk berlatih mendengar suara Allah, dan hanya waktu tertentu saja, maka diwaktu yang lain kita menjadi tuli terhadap suaraNya, karena perhatian kita tertuju kepada hal-hal lain, ini bukanlah kehidupan seorang anak Allah, padahal suara Allah itu dekat pada kita yaitu dimulut dan dihati kita *Rom10:8*
Pertanyaannya Sudahkah kita mendengar suara Allah?
_Semangat pagi semangat belajar mendengar suara Allah_
*PD AUTOPIA MALANG*
14022017
*EDDY MULYONO*
*MENDENGAR SUARA ALLAH*
*1Samuel 3:10 (TB) Lalu datanglah TUHAN, berdiri di sana dan memanggil seperti yang sudah-sudah: "Samuel! Samuel!" Dan Samuel menjawab: "Berbicaralah, sebab hamba-Mu ini mendengar"*
Mendengar suatu berita atau panggilan, perlu sikap yang sungguh-sungguh. Sikap mendengar seseorang berbeda-beda, ada yang membiarkan berita itu berlalu begitu saja, ada yang sungguh menanggapi dengan baik. Semua itu tergantung pada isi berita, cara penyampaian, siapa yang menyampaikan dan siapa yang menerima berita. Mendengar dengan cermat dan sungguh-sungguh mengenai berita yang sangat penting, perlu sikap untuk mau mendengar dan melaksanakannya.
Kita perhatikan *1Sam3:1-10* pengalaman Samuel dalam mendengar suara Allah, Samuel belum kenal dengan Allah berkali- kali bertanya kepada Imam Eli, disini Samuel dalam mengenal suara Allah, memerlukan pendampingan imam Eli yang telah mengenal suara Allah terlebih dahulu, sehingga Samuel siap-siap untuk memperhatikan apa yang hendak disampaikan Allah kepada Samuel.
Saudara , kita sering memperlihatkan kepada Allah, kurangnya kasih dan hormat kita kepadaNya, dengan sikap yang tidak peka dari hati dan pikiran kita terhadap ucapan firman Nya. Jika kita mengasihiNya maka secara naluri, kita akan memahami keinginanNya, harapanNya. Yesus telah mengangkat kita jadi sahabatNya *Yoh15: 14 * kamu adalah sahabatKu jika kamu berbuat apa yang Ku perintahkan kepadamu*.
Suadara apa kita tidak mendengar perkataan sahabat kita dan melakukan apa yang diperintahkanNya kepada kita, mari kita tanya pada diri kita, apakah kita tidak atau telah menuruti perintah Tuhan pada hari atau minggu ini? Jika kita menyadari bahwa itu merupakan perintah Yesus sahabat kita, pasti kita takkan sengaja untuk melanggarNya. Akan tetapi kebanyakan kita menunjukan rasa tidak hormat kepada Allah, karena kita sama sekali tidak memperhatikan dan tidak melakukan perintahNya.
Tujuan kehidupan rohani kita adalah hidup serupa dengan Kristus, sehingga selalu mendengar suara Allah dan mengetahui bahwa Allah mau mendengar suara kita. Jika kita serupa dan dipersatukan dengan Kristus, kita pasti mendengar dan melakukan firmanNya, sepanjang kehidupan kita dan kita akan dimuliakanNya, *Rom8:29*
Yang merintangi pendengaran kita adalah perhatian kita yang tertuju pada hal-hal lain. Bukannya kita enggan mendengar suara Allah, mamun kita sedang tidak mempethatikan segi yang tepat dari hidup saya. Kita sedang memperhatikan hal hal lain dan bahkan Pelayanan dan keyakinan kita. Allah boleh berbicara apapun yang dikehendakinya, namun kita tak mendengarkan Dia. Sebaliknya sikap seorang anak Allah haruslah selalu mempunyai sikap seperti Samuel _"berbicaralah sebab hambamu ini mendengar_ jika saya tidak mau mengembangkan dan memupuk berlatih mendengar suara Allah, dan hanya waktu tertentu saja, maka diwaktu yang lain kita menjadi tuli terhadap suaraNya, karena perhatian kita tertuju kepada hal-hal lain, ini bukanlah kehidupan seorang anak Allah, padahal suara Allah itu dekat pada kita yaitu dimulut dan dihati kita *Rom10:8*
Pertanyaannya Sudahkah kita mendengar suara Allah?
_Semangat pagi semangat belajar mendengar suara Allah_
*PD AUTOPIA MALANG*
14022017
*EDDY MULYONO*
Komentar
Posting Komentar