634 Rensi: Ingat, Hidup Ini Singkat!
Shalom Alaichem b'Shem Jeshua HaMasciach.
Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus,
renungan siang ini dengan tema:
*INGAT, HIDUP INI SINGKAT..!!*
Mazmur 90:12 (TB) *Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.*
Beberapa hari yang lalu, ketika saya menjemput anak saya pulang sekolah, beberapa saat sebelum saya melewati jalan yang ada di depan saya, ada sebuah pohon besar tumbang, seperti nya menimpa seseorang yang ber sepeda motor, ketika saya lewat sisi jalan itu, saya hanya melihat kedua kaki orang yang tertimpa pohon itu, bagian perut ke atas tertimpa pohon yang kira-kira berdiameter 80cm dengan panjang pohon sekitar 8-10 meter. Asumsi saya, sedikitnya orang ini meninggal, atau kalau masih hidup mungkin patah tulang dan mengalami cedera yang parah. Tak ada yang mengira, tak ada yang menduga.
Ada lagi, ketika seorang pria mendapatkan vonis dokter bahwa hidupnya tak akan lama lagi karena suatu penyakit yang ganas.Sepulang dari rumah sakit, pria itu segera mengubah tabiatnya. Ia jadi ramah dan memaklumi kekurangan bawahan di kantor. Ia rela bangun pagi demi menolong istri yang repot memasak sarapan dan menyiapkan anak ke sekolah. Ia tidak lagi membentak anak nya yang tampak lamban mengerjakan sesuatu, ia berusaha berbuat segala sesuatu yang baik dan berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Vonis dokter membuatnya menghargai setiap detik hidupnya dan kesempatan untuk meninggalkan kesan baik bagi orang lain.
Sebenarnya dua contoh kejadian di atas sangat mungkin terjadi atas kita, karena manusia tidak ada yang tahu kapan kemalangan itu tiba. Harus diketahui bahwa umur kita ini sudah ada "kontrak" nya dengan Allah. Bedanya, kita tidak tahu kapan kontrak itu habis,kita tidak tahu seberapa lama "vonis Allah" atas hidup kita. Sesungguhnya setiap saat, memungkinkan kita untuk "menghadap" kepada Dia, yang memang mempunyai secara mutlak hidup kita.
Ayub 12:10 (TB) .. *bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?..*
Demikian juga apa yang difirmankan di
Yehezkiel 18:4 (TB) *Sungguh, semua jiwa Aku punya!* Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.
Mazmur 90 adalah doa dan pengharapan Nabi Musa, ia memohon hikmat Tuhan, supaya dirinya dimampukan untuk menghitung hari-hari pemberian-Nya. Bukan supaya hari-hari segera berlalu, namun supaya ia memiliki hati yang bijaksana dalam menjalaninya. Dengan menyadari _kesementaraan_ hidupnya, ia menjadikan Allah sebagai “rumah” baginya sehingga ia memiliki hubungan yang dekat dengan -Nya. Dia sadar bahwa *“Debu dan rumput”* menjadi gambaran kondisi dirinya yang begitu lemah di hadapan Allah Sang Pencipta yang begitu Maha Perkasa dan Maha Segalanya.
Ia juga meminta hikmat supaya dapat hidup dalam takut akan Allah serta mengizinkan Allah menjadi pengendali hidupnya yang begitu terbatas dan penuh dosa. Hanya Allah yang dapat diharapkan sebagai perteduhan yang kekal. Ya, Musa memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap kefanaan hidupnya.
Mazmur 90:10 (TB) *Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun*, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; _sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap._
Kita pun perlu memiliki kesadaran seperti itu, dengan menyadari kerapuhan kita, demi menuju hikmat sejati dengan hidup takut akan Tuhan. Sebab
Amsal 9:10 (TB) *Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.*
Niscaya kita dimampukan memandang segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah. Selanjutnya, kita terus belajar menjalani hidup secara bijaksana dengan mengandalkan pemeliharaan Nya.
*Berusahalah seakan engkau akan ber umur panjang, Ber ibadah dan mendekatlah kepadaNya seakan engkau akan mati sebentar lagi..*
Selamat siang, selamat ber aktifitas kembali, TuhanYesus memberkati.Amin
*PD AUTOPIA Malang*
09022017
_hasannysantoso_
Saudaraku yang terkasih dalam Tuhan Yesus,
renungan siang ini dengan tema:
*INGAT, HIDUP INI SINGKAT..!!*
Mazmur 90:12 (TB) *Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.*
Beberapa hari yang lalu, ketika saya menjemput anak saya pulang sekolah, beberapa saat sebelum saya melewati jalan yang ada di depan saya, ada sebuah pohon besar tumbang, seperti nya menimpa seseorang yang ber sepeda motor, ketika saya lewat sisi jalan itu, saya hanya melihat kedua kaki orang yang tertimpa pohon itu, bagian perut ke atas tertimpa pohon yang kira-kira berdiameter 80cm dengan panjang pohon sekitar 8-10 meter. Asumsi saya, sedikitnya orang ini meninggal, atau kalau masih hidup mungkin patah tulang dan mengalami cedera yang parah. Tak ada yang mengira, tak ada yang menduga.
Ada lagi, ketika seorang pria mendapatkan vonis dokter bahwa hidupnya tak akan lama lagi karena suatu penyakit yang ganas.Sepulang dari rumah sakit, pria itu segera mengubah tabiatnya. Ia jadi ramah dan memaklumi kekurangan bawahan di kantor. Ia rela bangun pagi demi menolong istri yang repot memasak sarapan dan menyiapkan anak ke sekolah. Ia tidak lagi membentak anak nya yang tampak lamban mengerjakan sesuatu, ia berusaha berbuat segala sesuatu yang baik dan berguna bagi orang-orang di sekitarnya. Vonis dokter membuatnya menghargai setiap detik hidupnya dan kesempatan untuk meninggalkan kesan baik bagi orang lain.
Sebenarnya dua contoh kejadian di atas sangat mungkin terjadi atas kita, karena manusia tidak ada yang tahu kapan kemalangan itu tiba. Harus diketahui bahwa umur kita ini sudah ada "kontrak" nya dengan Allah. Bedanya, kita tidak tahu kapan kontrak itu habis,kita tidak tahu seberapa lama "vonis Allah" atas hidup kita. Sesungguhnya setiap saat, memungkinkan kita untuk "menghadap" kepada Dia, yang memang mempunyai secara mutlak hidup kita.
Ayub 12:10 (TB) .. *bahwa di dalam tangan-Nya terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia?..*
Demikian juga apa yang difirmankan di
Yehezkiel 18:4 (TB) *Sungguh, semua jiwa Aku punya!* Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati.
Mazmur 90 adalah doa dan pengharapan Nabi Musa, ia memohon hikmat Tuhan, supaya dirinya dimampukan untuk menghitung hari-hari pemberian-Nya. Bukan supaya hari-hari segera berlalu, namun supaya ia memiliki hati yang bijaksana dalam menjalaninya. Dengan menyadari _kesementaraan_ hidupnya, ia menjadikan Allah sebagai “rumah” baginya sehingga ia memiliki hubungan yang dekat dengan -Nya. Dia sadar bahwa *“Debu dan rumput”* menjadi gambaran kondisi dirinya yang begitu lemah di hadapan Allah Sang Pencipta yang begitu Maha Perkasa dan Maha Segalanya.
Ia juga meminta hikmat supaya dapat hidup dalam takut akan Allah serta mengizinkan Allah menjadi pengendali hidupnya yang begitu terbatas dan penuh dosa. Hanya Allah yang dapat diharapkan sebagai perteduhan yang kekal. Ya, Musa memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap kefanaan hidupnya.
Mazmur 90:10 (TB) *Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun*, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; _sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap._
Kita pun perlu memiliki kesadaran seperti itu, dengan menyadari kerapuhan kita, demi menuju hikmat sejati dengan hidup takut akan Tuhan. Sebab
Amsal 9:10 (TB) *Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.*
Niscaya kita dimampukan memandang segala sesuatu sesuai dengan kehendak Allah. Selanjutnya, kita terus belajar menjalani hidup secara bijaksana dengan mengandalkan pemeliharaan Nya.
*Berusahalah seakan engkau akan ber umur panjang, Ber ibadah dan mendekatlah kepadaNya seakan engkau akan mati sebentar lagi..*
Selamat siang, selamat ber aktifitas kembali, TuhanYesus memberkati.Amin
*PD AUTOPIA Malang*
09022017
_hasannysantoso_
Komentar
Posting Komentar