631 Regi: Adakah Iblis di Hatiku?
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Machiah.
Topik renungan pagi ini adalah:
*Adakah Iblis di Hati-ku?*
Matius 16: 21 – 23 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: *"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."*
Kerinduan bangsa Israel mendapatkan pembebasan dari penjajahan bangsa Romawi sangat didambakan melalui Yesus keturunan Daud. Namun, tanpa diduga Yesus mengutarakan hal seperti pada ayat 21 di atas, bahwa _Ia harus menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh ….!_ Petrus sebagai murid yang merasa *“paling gagah berani”* dengan gaya heroik-nya, menampik perkataan Tuhan Yesus itu dengan menegor bahkan menarik Dia ke samping sambil meneriakkan kalimat ketidaksetujuan! Sungguh berani Petrus melakukan hal itu didorong oleh keangkuhannya, dengan tujuan ingin mempertahankan Tuhan Yesus agar tetap berstatus sebagai calon pemerdeka bangsa Israel dan pengembali kejayaan bangsa ini seperti ketika Daud berkuasa! Pada saat itu, barangkali hal yang sama ada di benak para murid yang lain. Bukankah Petrus benar, bagaimana sih Tuhan Yesus ini? Peristiwa ini mengulang perlakuan murid ketika sedang menyeberang danau, sementara terjadi angin rebut dan gelombang besar yang hampir membalikkan kapal mereka. Mereka juga berteriak kepada Tuhan Yesus yang sedang tidur: *“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Markus 4: 38b.*
Bagaimana para murid yang bergaul dengan Tuhan Yesus selama dua puluh empat jam dalam sehari, masih saja menggunakan akal budi duniawinya dalam berhubungan dengan Kristus. Sehingga yang terjadi adalah kesalahan demi kesalahan tindakan mereka. Hal ini terjadi oleh karena manusia memegahkan diri dalam kecongkakannya,
Yakobus 4: 16 *“Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”*
Bahkan kecongkakan atau keangkuhan akan menimbulkan pertengkaran, Amsal 13: 10 *“Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, …”*
Memegahkan diri, kecongkakan, kesombongan, keangkuhan, merasa diri lebih benar biangnya adalah apabila kita *mengesampingkan suara Roh Kudus,* sebaliknya *lebih mengetengahkan akal budi pribadi!* Pernahkan kita melakukan hal seperti ini? *Jawaban yang jujur adalah tidak hanya pernah, melainkan berkali-kali.* Akibatnya, kita bisa merasakan sendiri, jika doa kita belum dijawab, atau tidak dijawab, jika permasalahan kita belum diberikan jalan keluar dan bila kita masih belum bisa merasakan damai sejahtera Kristus; itu artinya masih ada yang salah dalam diri kita!
Marilah kita introspeksi, karena *Tuhan Yesus menghendaki kita agar rendah hati dan menghormati Allah dengan segenap hati dan segenap jiwa, mengasihi sesama seperti diri kita sendiri*,sebagaimana perintah Tuhan Yesus diMarkus 12: 30 & 31.
*Marilah kita dengan kerendahan hati menjadi domba-domba yang mendengarkan suara-Nya dan mengikut Dia,* agar kepada kita diberikan hidup, bahkan hidup kekal, serta Iblis tidak bisa merenggut kita daripada kasih Kristus, karena itu marilah kita taat mendengar suara Nya seperti Yohanes 10: 27
Tuhan Yesus memberkati, Haleluya Amin
*PD Autopia Malang*
08022017
*GunawanWibisono*
Topik renungan pagi ini adalah:
*Adakah Iblis di Hati-ku?*
Matius 16: 21 – 23 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: *"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."*
Kerinduan bangsa Israel mendapatkan pembebasan dari penjajahan bangsa Romawi sangat didambakan melalui Yesus keturunan Daud. Namun, tanpa diduga Yesus mengutarakan hal seperti pada ayat 21 di atas, bahwa _Ia harus menanggung banyak penderitaan, lalu dibunuh ….!_ Petrus sebagai murid yang merasa *“paling gagah berani”* dengan gaya heroik-nya, menampik perkataan Tuhan Yesus itu dengan menegor bahkan menarik Dia ke samping sambil meneriakkan kalimat ketidaksetujuan! Sungguh berani Petrus melakukan hal itu didorong oleh keangkuhannya, dengan tujuan ingin mempertahankan Tuhan Yesus agar tetap berstatus sebagai calon pemerdeka bangsa Israel dan pengembali kejayaan bangsa ini seperti ketika Daud berkuasa! Pada saat itu, barangkali hal yang sama ada di benak para murid yang lain. Bukankah Petrus benar, bagaimana sih Tuhan Yesus ini? Peristiwa ini mengulang perlakuan murid ketika sedang menyeberang danau, sementara terjadi angin rebut dan gelombang besar yang hampir membalikkan kapal mereka. Mereka juga berteriak kepada Tuhan Yesus yang sedang tidur: *“Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” Markus 4: 38b.*
Bagaimana para murid yang bergaul dengan Tuhan Yesus selama dua puluh empat jam dalam sehari, masih saja menggunakan akal budi duniawinya dalam berhubungan dengan Kristus. Sehingga yang terjadi adalah kesalahan demi kesalahan tindakan mereka. Hal ini terjadi oleh karena manusia memegahkan diri dalam kecongkakannya,
Yakobus 4: 16 *“Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.”*
Bahkan kecongkakan atau keangkuhan akan menimbulkan pertengkaran, Amsal 13: 10 *“Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran, …”*
Memegahkan diri, kecongkakan, kesombongan, keangkuhan, merasa diri lebih benar biangnya adalah apabila kita *mengesampingkan suara Roh Kudus,* sebaliknya *lebih mengetengahkan akal budi pribadi!* Pernahkan kita melakukan hal seperti ini? *Jawaban yang jujur adalah tidak hanya pernah, melainkan berkali-kali.* Akibatnya, kita bisa merasakan sendiri, jika doa kita belum dijawab, atau tidak dijawab, jika permasalahan kita belum diberikan jalan keluar dan bila kita masih belum bisa merasakan damai sejahtera Kristus; itu artinya masih ada yang salah dalam diri kita!
Marilah kita introspeksi, karena *Tuhan Yesus menghendaki kita agar rendah hati dan menghormati Allah dengan segenap hati dan segenap jiwa, mengasihi sesama seperti diri kita sendiri*,sebagaimana perintah Tuhan Yesus diMarkus 12: 30 & 31.
*Marilah kita dengan kerendahan hati menjadi domba-domba yang mendengarkan suara-Nya dan mengikut Dia,* agar kepada kita diberikan hidup, bahkan hidup kekal, serta Iblis tidak bisa merenggut kita daripada kasih Kristus, karena itu marilah kita taat mendengar suara Nya seperti Yohanes 10: 27
Tuhan Yesus memberkati, Haleluya Amin
*PD Autopia Malang*
08022017
*GunawanWibisono*
Komentar
Posting Komentar