1427 Rensi: Rendah Hati
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach
Renungan siang ini diambil dari sabda Bapa pada:
*Lukas 18:9-14, 18* (TB) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Dengan tema
*RENDAH HATI*
Saudara-saudaraku terkasih dalam Yesus,
Beberapa kali Bapa mengajarkan jika kita menunjuk orang lain dengan menggunakan telunjuk, itu artinya bumerang bagi kita. Satu bagian (jari telunjuk) mengarah kepada orang lain, namun tiga bagian (jari tengah, jari manis, dan kelingking) menunjuk diri kita sendiri. Sebenarnya, ini adalah simbol bahwa kita itu tidak lebih baik daripada seseorang yang kita tunjuk kesalahan atau kekurangannya. Dengan kata lain, yang menunjuk lebih buruk, lebih jelek, daripada orang yang dituju.
Ini sesuai dengan sabda Bapa bahwa tidak seorang pun berbuat baik, semua orang telah bejat. Perhatikan firman berikut:
*Mazmur 14:3* (TB) Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.
Ukuran yang dipakai untuk mengukur orang lain itu sebenarnya adalah ukuran yang akan digunakan untuk kita. Nah, mari simak firman berikut:
*Lukas 6:38* (TB) Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Sementara itu, Firman dari Lukas 18:9-14, 18 itu menunjukkan betapa sombongnya manusia, padahal Tuhan Yesus tidak menyukai kesombongan atau tinggi hati. Kita cek dengan sabda Bapa pada:
*Mazmur 101:5* (TB) Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.
Tuhan Yesus tidak menyukai kesombonga, baik terhadap sesama kita, teman pergaulan kita, handai taulan kita.
Kita tentu masih ingat lagi kanak-kanak yang penggalannya seperti ini:
“Bukan yang congkak, bukan yang sombong. Yang disayangi handai dan taulan. Hanya anak yang takpernah bohong, rajin belajar peramah dan sopan.”
Orang yang sombong tidak disayangi handai dan taulan juga, bukan?
Tuhan Yesus pun berkenan kepada orang yang rendah hati. Orang yang rendah hati selain dihormati, juga akan makan kenyang, mewarisi negeri, dan sejahtera (diberkati-Nya), akan dibimbing-Nya, serta akan dimahkotai dengan keselamatan (diselamatkan-Nya) seperti pada sabda berikut:
*Mazmur 37:11* (TB) Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.
*Mazmur 149:4* (TB) Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.
Ini trik untuk menghentikan kesombongan:
*Amsal 30:32* (TB) Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!
Akhirnya daripada menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain, menghakimi orang lain, lebih baik merendahkan diri, menganggap diri sendiri tidak lebih baik daripada orang lain.
*Amsal 16:19* (TB) Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati daripada membagi rampasan dengan orang congkak.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
15032018
Ninik SR
Renungan siang ini diambil dari sabda Bapa pada:
*Lukas 18:9-14, 18* (TB) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Dengan tema
*RENDAH HATI*
Saudara-saudaraku terkasih dalam Yesus,
Beberapa kali Bapa mengajarkan jika kita menunjuk orang lain dengan menggunakan telunjuk, itu artinya bumerang bagi kita. Satu bagian (jari telunjuk) mengarah kepada orang lain, namun tiga bagian (jari tengah, jari manis, dan kelingking) menunjuk diri kita sendiri. Sebenarnya, ini adalah simbol bahwa kita itu tidak lebih baik daripada seseorang yang kita tunjuk kesalahan atau kekurangannya. Dengan kata lain, yang menunjuk lebih buruk, lebih jelek, daripada orang yang dituju.
Ini sesuai dengan sabda Bapa bahwa tidak seorang pun berbuat baik, semua orang telah bejat. Perhatikan firman berikut:
*Mazmur 14:3* (TB) Mereka semua telah menyeleweng, semuanya telah bejat; tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak.
Ukuran yang dipakai untuk mengukur orang lain itu sebenarnya adalah ukuran yang akan digunakan untuk kita. Nah, mari simak firman berikut:
*Lukas 6:38* (TB) Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
Sementara itu, Firman dari Lukas 18:9-14, 18 itu menunjukkan betapa sombongnya manusia, padahal Tuhan Yesus tidak menyukai kesombongan atau tinggi hati. Kita cek dengan sabda Bapa pada:
*Mazmur 101:5* (TB) Orang yang sembunyi-sembunyi mengumpat temannya, dia akan kubinasakan. Orang yang sombong dan tinggi hati, aku tidak suka.
Tuhan Yesus tidak menyukai kesombonga, baik terhadap sesama kita, teman pergaulan kita, handai taulan kita.
Kita tentu masih ingat lagi kanak-kanak yang penggalannya seperti ini:
“Bukan yang congkak, bukan yang sombong. Yang disayangi handai dan taulan. Hanya anak yang takpernah bohong, rajin belajar peramah dan sopan.”
Orang yang sombong tidak disayangi handai dan taulan juga, bukan?
Tuhan Yesus pun berkenan kepada orang yang rendah hati. Orang yang rendah hati selain dihormati, juga akan makan kenyang, mewarisi negeri, dan sejahtera (diberkati-Nya), akan dibimbing-Nya, serta akan dimahkotai dengan keselamatan (diselamatkan-Nya) seperti pada sabda berikut:
*Mazmur 37:11* (TB) Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.
*Mazmur 149:4* (TB) Sebab TUHAN berkenan kepada umat-Nya, Ia memahkotai orang-orang yang rendah hati dengan keselamatan.
Ini trik untuk menghentikan kesombongan:
*Amsal 30:32* (TB) Bila engkau menyombongkan diri tanpa atau dengan berpikir, tekapkanlah tangan pada mulut!
Akhirnya daripada menunjuk-nunjuk kesalahan orang lain, menghakimi orang lain, lebih baik merendahkan diri, menganggap diri sendiri tidak lebih baik daripada orang lain.
*Amsal 16:19* (TB) Lebih baik merendahkan diri dengan orang yang rendah hati daripada membagi rampasan dengan orang congkak.
Tuhan Yesus memberkati, amin.
*PD AUTOPIA MALANG*
15032018
Ninik SR
Komentar
Posting Komentar