2893 Rema : SUPAYA TERANG KITA TIDAK MENJADI GELAP
Shalom Aleichem b’shem Yeshua Ha Machiah.
Renungan malam hari ini bertema: *SUPAYA TERANG KITA TIDAK MENJADI GELAP*
Diambil dari *Yesaya 42:6* (TB) "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,
Saudaraku kekasih Kristus,
Berbahagialah kita yang dipanggil oleh-Nya untuk maksud penyelamatan. Misi keselamatan itu bukan hanya untuk diri pribadi kita, melainkan juga untuk mereka yang ditentukan-Nya beroleh bagian di kerajaan surga. Alangkah berharganya kita yang debu ini, yang beroleh kepercayaan untuk menjadi alat-Nya menjaring umat pilihan-Nya, menjadi terang bagi bangsa-bangsa.
Namun, harus tetap kita jaga agar kita pun konsisten mendengarkan suara-Nya dengan cara senantiasa mendekat kepada-Nya melalui berbagai upaya. Adapun upaya nyata itu, misalnya dengan (1) mendirikan mezbah keluarga, (2) menyenandungkan kidung pujian di setiap hembusan napas kita, (3) selalu taat membangun ibadah pribadi, (4) menjaga kekudusan hati, tuturan perkataan, angan pikiran, sikap, dan tindakan. Sebab, jika kita tidak mendengarkan suara-Nya yang terjadi adalah tidak adanya penyertaan Tuhan Yesus, dan bahkan hati kita dibiarkan-Nya menjadi degil, serta hanya berjalan mengikuti rencana sendiri. Padahal, rencana-Nya kita akan dijadikan-Nya terang bagi bangsa-bangsa. “Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku. Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!” ( *Mazmur 81:12-13* )
Saudaraku, jika ini yang terjadi dalam hidup kita, maka: “Itulah sebabnya engkau dikelilingi perangkap, dan dikejutkan oleh kedahsyatan dengan tiba-tiba. Terangmu menjadi gelap sehingga engkau tidak dapat melihat dan banjir meliputi engkau” ( *Ayub 22:10-11* )
Dampak mengerikan pun akan kita alami jika kita tidak taat dan patuh kepada-Nya. Sebagai penyelamat itu Tuhan Yesus akan lepas tangan sehingga yang terjadi adalah: kita dikelilingi perangkap, dikejutkan oleh kedahsyatan dengan tiba-tiba, bahkan tidak dapat melihat, dan banjir pun meliputi kita. Jauh dan menjauh dari Tuhan Yesus yang kita terima bukanlah damai sejahtera dan penyertaan-Nya, melainkan justru malapetaka yang mengerikan.
Janji bahwa kita akan “menjadi terang untuk bangsa-bangsa” itu tidak akan terlaksana jika kita tidak mendekat pada-Nya, apalagi justru menjauh dari-Nya. “Terangmu menjadi gelap” dan tidak mampu membiaskan sinar terang kasih-Nya. Dan yang lebih mengerikan lagi akibat dari menjauh dari-Nya adalah kita akan mengalami kebinasaan. “Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau!” ( *Mazmur 73:27* )
Kabar baiknya, Tuhan Yesus masih memberikan kesempatan bagi kita untuk kembali. Tuhan Yesus masih berkenan membuka kedua tangan-Nya untuk merangkul, menyayangi, menyertai, dan memberkati kita: "Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku” ( *Yeremia 15:19a* ) dan perlindungan-Nya pun kita peroleh jika kita menuruti firman-Nya, “Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi ( *Wahyu 3:10* )
Maka, supaya terang kita tidak meredup apalagi sampai mati, mari datang mendekat kepada-Nya seperti penggal lagu: “Aku datang, dan ku bersujud di hadapan Hu, kurasakan indah hadirat Hu” dan rasa tenang pun menyelimuti kita, “Hatiku tenang, berada dekat Hu, Hu-lah harapan hidupku” Nah, mari senantiasa berada di dekat-Nya merasakan indah hadirat-Nya dan hati pun tenang bersama-Nya.
Tuhan Yesus memberkati kita, amin.
*PD AUTOPIA Malang*
Ninik SR
Renungan malam hari ini bertema: *SUPAYA TERANG KITA TIDAK MENJADI GELAP*
Diambil dari *Yesaya 42:6* (TB) "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa,
Saudaraku kekasih Kristus,
Berbahagialah kita yang dipanggil oleh-Nya untuk maksud penyelamatan. Misi keselamatan itu bukan hanya untuk diri pribadi kita, melainkan juga untuk mereka yang ditentukan-Nya beroleh bagian di kerajaan surga. Alangkah berharganya kita yang debu ini, yang beroleh kepercayaan untuk menjadi alat-Nya menjaring umat pilihan-Nya, menjadi terang bagi bangsa-bangsa.
Namun, harus tetap kita jaga agar kita pun konsisten mendengarkan suara-Nya dengan cara senantiasa mendekat kepada-Nya melalui berbagai upaya. Adapun upaya nyata itu, misalnya dengan (1) mendirikan mezbah keluarga, (2) menyenandungkan kidung pujian di setiap hembusan napas kita, (3) selalu taat membangun ibadah pribadi, (4) menjaga kekudusan hati, tuturan perkataan, angan pikiran, sikap, dan tindakan. Sebab, jika kita tidak mendengarkan suara-Nya yang terjadi adalah tidak adanya penyertaan Tuhan Yesus, dan bahkan hati kita dibiarkan-Nya menjadi degil, serta hanya berjalan mengikuti rencana sendiri. Padahal, rencana-Nya kita akan dijadikan-Nya terang bagi bangsa-bangsa. “Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku. Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!” ( *Mazmur 81:12-13* )
Saudaraku, jika ini yang terjadi dalam hidup kita, maka: “Itulah sebabnya engkau dikelilingi perangkap, dan dikejutkan oleh kedahsyatan dengan tiba-tiba. Terangmu menjadi gelap sehingga engkau tidak dapat melihat dan banjir meliputi engkau” ( *Ayub 22:10-11* )
Dampak mengerikan pun akan kita alami jika kita tidak taat dan patuh kepada-Nya. Sebagai penyelamat itu Tuhan Yesus akan lepas tangan sehingga yang terjadi adalah: kita dikelilingi perangkap, dikejutkan oleh kedahsyatan dengan tiba-tiba, bahkan tidak dapat melihat, dan banjir pun meliputi kita. Jauh dan menjauh dari Tuhan Yesus yang kita terima bukanlah damai sejahtera dan penyertaan-Nya, melainkan justru malapetaka yang mengerikan.
Janji bahwa kita akan “menjadi terang untuk bangsa-bangsa” itu tidak akan terlaksana jika kita tidak mendekat pada-Nya, apalagi justru menjauh dari-Nya. “Terangmu menjadi gelap” dan tidak mampu membiaskan sinar terang kasih-Nya. Dan yang lebih mengerikan lagi akibat dari menjauh dari-Nya adalah kita akan mengalami kebinasaan. “Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau!” ( *Mazmur 73:27* )
Kabar baiknya, Tuhan Yesus masih memberikan kesempatan bagi kita untuk kembali. Tuhan Yesus masih berkenan membuka kedua tangan-Nya untuk merangkul, menyayangi, menyertai, dan memberkati kita: "Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku” ( *Yeremia 15:19a* ) dan perlindungan-Nya pun kita peroleh jika kita menuruti firman-Nya, “Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Aku pun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi ( *Wahyu 3:10* )
Maka, supaya terang kita tidak meredup apalagi sampai mati, mari datang mendekat kepada-Nya seperti penggal lagu: “Aku datang, dan ku bersujud di hadapan Hu, kurasakan indah hadirat Hu” dan rasa tenang pun menyelimuti kita, “Hatiku tenang, berada dekat Hu, Hu-lah harapan hidupku” Nah, mari senantiasa berada di dekat-Nya merasakan indah hadirat-Nya dan hati pun tenang bersama-Nya.
Tuhan Yesus memberkati kita, amin.
*PD AUTOPIA Malang*
Ninik SR
Komentar
Posting Komentar