2861 Rema : BERLINDUNG DALAM KESALEHAN

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari :

*Matius 6:5* Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang

Dengan tema:

*BERLINDUNG DALAM KESALEHAN*

Apa tujuan orang hidup berpura-pura? Beberapa kata orang, karena :
1. Ingin disebut kaya dan dihargai orang lain
2. Ingin menjaga citra diri
3. Ingin terlihat cantik atau rupawan
4. Ingin disebut dermawan
5. Ingin menjadi pahlawan
6. Ingin mencapai yang diinginkan
Dan masih banyak alasan lainnya.

Semua tujuan itu hanya mengarah kepada kepuasan diri sendiri bukan? Ketika ditanya setelah tercapai tujuannya melalui berpura-pura, lalu apa yang dirasakan kemudian?
Menurut _Carl Rogers_, dalam buku _Authentic: How to be Yourself & Why It Matters_ : orang-orang yang ‘bermasalah’ dalam hidupnya adalah orang yang selalu berpura-pura karena tidak menjadi diri mereka sendiri. Karena kunci kebahagiaan dalam hidup adalah di saat kita bisa dapat menjadi diri sendiri.

Setelah mereka tersadar dari kepura-puraannya, mereka akan seperti orang bingung bahkan kalau perlu lari dari kepura-puraan yang sudah dibangunnya, bukankah hal ini kesia-siaan?
Bukankah segala sesuatu di dunia ini memang kesia-siaan?

*Pengkotbah 2 : 11* Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.


Demikian pula halnya ketika kita membangun peribadahan dengan kepura-puraan seolah-olah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kita tergolong orang-orang yang saleh, itu juga kesia-siaan. Karena dengan kepura-puraan, jelas tidak mencari Tuhan Yesus tapi ingin mencari perhatian dari sesama. Seperti ayat nats diatas, cara orang-orang Farisi yang beribadah supaya dilihat orang, apakah itu yang ingin kita capai saat membangun ibadah dalam kepura-puraan. Ajaran Tuhan Yesus berkata demikian,

*Yakobus 1 : 26-27* Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya. Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.


Paling tidak, ibadah yang berkenan dalam ayat diatas ada 3 hal yaitu mengekang lidah, melakukan pelayanan kasih dan menjaga diri sendiri agar tidak dicemarkan oleh dunia.
Bila 2 hal yang pertama bisa dilakukan dengan kepura-puraan, lalu bagaimana dengan hal yang terakhir, bisakah kita menjaga diri bila kenyataannya kita hanya pura-pura? Akankah kecemaran itu yang dihasilkan?

*Mazmur 24:3-4* Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu


Memang kata murni dan kata palsu bertolak belakang, demikian pula ketika pura-pura saleh tentulah tidak dilakukan dengan hati yang murni dan ingatlah saudaraku, Tuhan Yesus melihat hati,

*Yesaya 29 : 13a* Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku


Lalu apa jadinya bila kita berlindung dalam kesalehan yang pura-pura ini?

*Yesaya 1 : 15* Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah.

*Yesaya 1 : 20* Tetapi jika kamu melawan dan memberontak, maka kamu akan dimakan oleh pedang. Sungguh, TUHAN yang mengucapkannya.


Saudaraku marilah dengan tulus dan penuh kerinduan kita hampiri tahta Allah, bukan *supaya*....... tetapi *walaupun*........., agar kita mampu beribadah seturut kehendak Tuhan Yesus,

*Roma 12:1*, “demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersem-bahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”


Mari saudaraku, dalam kondisi yang tak menentu ini, kita mendekat kepada Tuhan Yesus dengan bersungguh-sungguh, tidak ada gunanya kita berlindung dalam kesalehan yang dibangun dalam kepura-puraan karena semua akan nampak dari buahnya. Sia-sia bukan?

Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR