41728 Regi : Menjadikan hidup ini sangat berarti
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Maschiach.
Saudaraku kekasih Kristus, jangan sia siakan waktu yang ada ini, mengingat hidup ini sangat singkat.
Kita renungkan bersama melalui firman Nya:
*Mazmur 103:15-16 (BIMK)*
Manusia hidupnya singkat seperti rumput; ia berkembang seperti bunga di ladang;
bila ditiup angin, lenyaplah ia, malah tempatnya tidak diketahui lagi.
Renungan pagi ini dengan tema :
*Menjadikan hidup ini sangat berarti*.
Pernahkah kita merenungkan, menghayati kasih Allah yang begitu luar biasa seperti dalam
Mazmur 103:1-22.
Ketika kita bisa merasakan sentuhan kasih Allah yang tiada batas, apakah kita ingat bahwa umur kita sangat terbatas sekali. Jika kita sadar betapa terbatas hidup kita maka seharusnya dalam menjalani kehidupan ini, kita jangan menyia- nyiakan waktu yang ada, dengan hidup berlandaskan firman Tuhan.
Sebagai ucapan syukur dan respon kita menanggapi kasih Allah karena dosa dan kesalahan kita sudah tidak di perhitungkan Allah, sebagaimana dinyatakan dalam
*Mazmur 103:12 (BIMK)*
Sejauh timur dari barat, sejauh itu dibuang-Nya dosa-dosa kita.
Seharusnya kita terus berjuang menjaga kekudusan hidup dengan mematikan segala kedagingan kita supaya karya dan janji Allah terwujud dalam kehidupan kita, mengingat bahwa keberadaan manusia itu lemah, tak berdaya seperti kesaksian firmanNya dalam:
*Ayub 14:1-2 (BIMK)*
Sejak lahir manusia itu lemah, tidak berdaya; hidupnya singkat serta penuh derita.
Ia bersemi dan layu seperti kembang; lenyap seperti bayangan, terus menghilang.
Maka sebagai orang yang sudah ditebus dan mendapatkan pengampunan dosa, sudah seharusnya hidup kita menjadi hidup baru yang ditandai dengan semakin melekat dan lebih mengenal dalam mencari Tuhan Yesus, dengan terus berbenah diri dan mengisi hari hari yang ada agar hidup ini berkenan kepadaNya, dengan hidup seperti
*Mazmur 1:2-3 (TB)*
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Itulah salah satu wujud rasa terimakasih dan wujud syukur menyenangkan hati Tuhan. Ingat kita hidup di dunia ini hanya menumpang dan sebentar saja, maka janganlah kita mengecewakan Roh Kudus , tetapi hendaklah kita mempunyai rasa hormat dan takut kepada Allah sang pemilik kehidupan kita, yang sanggup memasukkan kita ke baitNya yang kudus, maupun melemparkan kita ke dalam kematian kekal.
*1 Petrus 1:17 (TB)*
Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini.
Alangkah bahagianya bila dalam hidup ini dapat merasakan kebahagiaan yang sejati dari Allah, karena itu dibutuhkan Iman yang teguh, untuk menghadapi dunia yang sudah mengalami krisis kasih dengan kebahagianya yang semu.
Karena itu hendaklah kita senantiasa memohon Allah campur tangan dalam setiap aspek kehidupan dengan mempersilahkan Roh Kudus bekerja dan berkarya, mengingat hari hari yang kita jalani ini semakin jahat, agar kita semakin diteguhkan untuk mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita.
*Efesus 5:16-17 (TB)*
dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.
Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.
Saudaraku kekasih Kristus marilah kita terus berupaya ,bagaimana menjadikan hidup ini berarti di hadapan Allah dan boleh menjadi berkat bagi orang lain, dengan mohon agar diberikan hati yang bijaksana dalam menikmati hari hari pemberian Tuhan sebagaimana yang telah Daud teladankan dalam
*Mazmur 90:12 (TB)*
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Hanya dengan kerendahan hati dan membuka diri agar Roh Kudus terus memimpin, menjadikan hidup kita berarti baik di hadapan manusia maupun Tuhan kita Yesus Kristus.
Selamat pagi ,selamat beraktivitas dengan penuh rasa syukur,Tuhan Yesus memberkati, Amin.
*PD.Autopia Malang*
ernawati eliyus.
Komentar
Posting Komentar