2507 Rema : Iman Butuh Tantangan

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari :

Amsal 27 : 17 *Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya* 

Dengan tema:

*Iman Butuh  Tantangan*


Akhir-akhir ini seringkali kita geregetan ketika mendengar saudara-saudara kita di seberang mengatakan sesuatu yang tidak benar tentang isi Alkitab bahkan mereka berani untuk menghujat serta menyatakan kita adalah orang-orang yang tidak layak untuk masuk kerajaan surga.
Kemudian kita berpikir, sebaiknya orang-orang ini tidak ada di sekitar kita, agar (menurut kita) dunia ini aman,  tentram dan damai. Karena tidak ada yang menyebabkan hati kita marah dan kesal.
Benarkah sikap kita diatas? Pernahkah kita berkeputusan untuk bersyukur dalam doa kita atas kehadiran mereka? Atas ucapan, hujatan dan teriakan mereka?

Bila kita renungkan kembali ayat diatas *Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya*, apakah bukan berarti saudara-saudara kita itu adalah penajam bagi kita?
Apa jadinya bila hidup kita aman-aman saja tanpa ada gejolak atau perbedaan sedikitpun? Bukankah kita menjadi terlena? Lalu bagaimana dengan proses ujian iman kita?

*Yakobus 1 : 2-3* Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.


Saudaraku, dalam Yakobus 1 : 2-3 ini dikatakan bahwa kita diminta untuk berbahagia saat jatuh kedalam berbagai pencobaan karena semua itu akan menguji iman kita. Nah, ketika ternyata jatuhnya kita kedalam pencobaan ini karena orang lain, bisakah kita masuk dalam kelompok orang yang berbahagia? Yang artinya kitapun harus  tetap bersyukur karena ujian iman kita tidak harus dengan sakit penyakit ataupun masalah kehidupan seperti ekonomi dan pekerjaan atau pendidikan (sekolah/kuliah) tetapi juga ketika kita berinteraksi dengan banyak orang baik langsung maupun tidak langsung.

Sebagai contoh, ketika saudara kita mengatakan tentang hal yang berbeda dengan firman Tuhan, maka bila hal ini kita anggap sebagai tantangan, kita akan bersemangat mencari kebenarannya dalam Alkitab sehingga bila kita bisa menjawab maka saudara kita akan diluruskan pendapatnya, atau paling tidak kita semakin tajam mengenal firman Tuhan Yesus.
Contoh ini mungkin bisa membantu kita bagaimana harus bersikap terhadap saudara-saudara kita yang berbeda pendapat dan kurang memahami isi firman Allah. Dengan demikian kitapun semakin tekun dalam mengamalkan firman Allah dan berkesempatan untuk turut serta dalam karya keselamatan Allah bagi banyak orang.

Melalui contoh ini, bukankah kita memang membutuhkan orang lain dalam hidup beriman kita? Tidak hanya semakin tajam dalam memahami firman Allah tetapi juga semakin besar kasih kita kepada saudara-saudara kita melalui doa-doa yang kita panjatkan.
Bila besi menajamkan besi agar semakin tajam maka ketika orang menajamkan sesamanya dimaksudkan agar iman kita semakin tajam dan militan serta tak tergoyahkan oleh rupa-rupa angin pengajaran di dunia ini.

*Efesus 4 : 14* sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan  oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan

Selamat malam, selamat beristirahat.
Tuhan Yesus memberkati.amin.

Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR