2108 Regi : Hidupmu Menurut Kehendak Siapa?
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan pagi hari ini bertemakan:
*Hidupmu Menurut Kehendak Siapa?*
Dasar firmanNya dari:
*Yesaya 30: 9-13*
Sebab mereka itu suatu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka bohong anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran TUHAN; yang mengatakan kepada para tukang tilik: "Jangan menilik," dan kepada para pelihat: "Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel." Sebab itu beginilah firman Yang Mahakudus, Allah Israel: "Oleh karena kamu menolak firman ini, dan mempercayakan diri kepada orang-orang pemeras dan yang berlaku serong dan bersandar kepadanya, maka sebab itu bagimu dosa ini akan seperti pecahan tembok yang mau jatuh, tersembul ke luar pada tembok yang tinggi, yang kehancurannya datang dengan tiba-tiba, dalam sekejap mata,
Para kekasih Kristus banyak di antara kita tidak sadar bahwa hikmat Allah yang ditujukan kepada kita, untuk menasihati agar menjauhkan diri terhadap yang jahat tidaklah kita sukai.
Sebaliknya manusia lebih condong mengikuti ego masing-masing. Hal itulah yang mengawali kejatuhan manusia. Mengikuti kehendaknya sendiri.
Pada hukum yang terutama:
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
*Matius 22: 37*
Perwujudannya ditegaskan melalui:
*2 Yohanes 1: 6*
bahwa *kasih* itu adalah *kita harus hidup menurut perintah-Nya*.
Meskipun seringkali perintah TUHAN itu tidak masuk akal, misalnya: mempersembahkan anak kandung sendiri (Abraham), membelah laut (Musa), berjalan di atas air, dan menyembuhkan orang dengan perkataannya (Petrus), dan masih banyak lagi.
Kenyataannya apabila kita beriman dan menurut kehendak-Nya, maka hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Melalui ketaatan dan kepatuhan disediakan jalan keluar bagi permasalahan kita.
Sekarang, manakah yang kita pilih?
*Masih bertahan pada menuruti kehendak sendiri atau hidup menurut kehendak-Nya ...* Semuanya itu berpulang kepada kita masing-masing.
Mari terus belajar menyangkal diri agar kita dimampukan untuk mau menurut apa yang Allah kehendaki.
Tuhan Yesus memberkati kita amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Renungan pagi hari ini bertemakan:
*Hidupmu Menurut Kehendak Siapa?*
Dasar firmanNya dari:
*Yesaya 30: 9-13*
Sebab mereka itu suatu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka bohong anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran TUHAN; yang mengatakan kepada para tukang tilik: "Jangan menilik," dan kepada para pelihat: "Janganlah lihat bagi kami hal-hal yang benar, tetapi katakanlah kepada kami hal-hal yang manis, lihatlah bagi kami hal-hal yang semu, menyisihlah dari jalan dan ambillah jalan lain, janganlah susahi kami dengan Yang Mahakudus, Allah Israel." Sebab itu beginilah firman Yang Mahakudus, Allah Israel: "Oleh karena kamu menolak firman ini, dan mempercayakan diri kepada orang-orang pemeras dan yang berlaku serong dan bersandar kepadanya, maka sebab itu bagimu dosa ini akan seperti pecahan tembok yang mau jatuh, tersembul ke luar pada tembok yang tinggi, yang kehancurannya datang dengan tiba-tiba, dalam sekejap mata,
Para kekasih Kristus banyak di antara kita tidak sadar bahwa hikmat Allah yang ditujukan kepada kita, untuk menasihati agar menjauhkan diri terhadap yang jahat tidaklah kita sukai.
Sebaliknya manusia lebih condong mengikuti ego masing-masing. Hal itulah yang mengawali kejatuhan manusia. Mengikuti kehendaknya sendiri.
Pada hukum yang terutama:
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
*Matius 22: 37*
Perwujudannya ditegaskan melalui:
*2 Yohanes 1: 6*
bahwa *kasih* itu adalah *kita harus hidup menurut perintah-Nya*.
Meskipun seringkali perintah TUHAN itu tidak masuk akal, misalnya: mempersembahkan anak kandung sendiri (Abraham), membelah laut (Musa), berjalan di atas air, dan menyembuhkan orang dengan perkataannya (Petrus), dan masih banyak lagi.
Kenyataannya apabila kita beriman dan menurut kehendak-Nya, maka hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Melalui ketaatan dan kepatuhan disediakan jalan keluar bagi permasalahan kita.
Sekarang, manakah yang kita pilih?
*Masih bertahan pada menuruti kehendak sendiri atau hidup menurut kehendak-Nya ...* Semuanya itu berpulang kepada kita masing-masing.
Mari terus belajar menyangkal diri agar kita dimampukan untuk mau menurut apa yang Allah kehendaki.
Tuhan Yesus memberkati kita amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar