2094 Regi: Mendidik Anak Cucu
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Tema renungan pagi hari ini adalah:
*Mendidik Anak Cucu*
Dasar firmanNya dari:
*Ulangan 6: 5-7* *Kasihilah TUHAN*, Allahmu, dengan *segenap hatimu* dan dengan *segenap jiwamu* dan dengan *segenap kekuatanmu*. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau *mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu* dan *membicarakannya* apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Saudaraku kekasih Kristus, seringkali kita mendengar keluhan orang tua terhadap sikap anak-anaknya yang sulit diajak untuk mendekat, menghormati dan mengasihi Bapa kita, Sang Pencipta alam semesta dan seluruh isinya.
Padahal jelas perintah-Nya bahwa tidak saja kita harus mengajarkan agar para anak kita “sekedar” mengasihi Allah, melainkan *dengan segenap hati* dan *dengan segenap jiwa* dan *dengan segenap kekuatannya* (sepenuh hati).
Mengapa demikian?
Marilah kita belajar dari kesalahan Nabi Samuel dan Raja Daud.
Kedua nama tersebut sangatlah terkenal dan kita semua tidak meragukan lagi kedekatan mereka terhadap Bapa di sorga, namun dalam hal mendidik anak, mereka memiliki kelemahan yang nyata.
*1 Samuek 8: 2-5* Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya_; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan *anak-anakmu tidak hidup seperti engkau*__; maka ..."
Kedua anak Samuel ditolak sebagai hakim di Bersyeba karena perilaku mereka tidak seperti ayahnya.
Demikian pula Absalom anak Daud yang berupaya membunuh ayahnya sendiri:
*2 Samuel 16: 11* Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: "Sedangkan *anak kandungku ingin mencabut nyawaku*, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini!
Kedua contoh tadi merupakan kelemahan para orang tua dalam mendidik anak mereka karena kurang menekankan penerapan *Ulangan 6: 5-7* di atas.
Sebagai orang tua yang belum sepenuhnya dapat membawa anak-anak untuk mengasihi Bapa, marilah kita memohon pengampunan dan sekaligus pertolongan-Nya agar kita dimampukan *membawa anak-cucu untuk lebih bersungguh-sungguh* mengasihi Allah, sehingga berkat Bapa akan keperkasaan anak cucu akan terjadi dalam kehidupan kita.
*Mazmur 112: 2*
*Anak cucunya* akan *perkasa di bumi*; angkatan orang benar akan diberkati.
Sebagai apapun kita saat ini orang tua, kakek, nenek, anak atau cucu, marilah memiliki rasa mengasihi Bapa dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati karena itu adalah tugas dan kewajiban kita di hadapan Tuhan sang pemilik kehidupan.
Selamat beraktifitas Tuhan Yesus memberkati amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Tema renungan pagi hari ini adalah:
*Mendidik Anak Cucu*
Dasar firmanNya dari:
*Ulangan 6: 5-7* *Kasihilah TUHAN*, Allahmu, dengan *segenap hatimu* dan dengan *segenap jiwamu* dan dengan *segenap kekuatanmu*. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau *mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu* dan *membicarakannya* apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
Saudaraku kekasih Kristus, seringkali kita mendengar keluhan orang tua terhadap sikap anak-anaknya yang sulit diajak untuk mendekat, menghormati dan mengasihi Bapa kita, Sang Pencipta alam semesta dan seluruh isinya.
Padahal jelas perintah-Nya bahwa tidak saja kita harus mengajarkan agar para anak kita “sekedar” mengasihi Allah, melainkan *dengan segenap hati* dan *dengan segenap jiwa* dan *dengan segenap kekuatannya* (sepenuh hati).
Mengapa demikian?
Marilah kita belajar dari kesalahan Nabi Samuel dan Raja Daud.
Kedua nama tersebut sangatlah terkenal dan kita semua tidak meragukan lagi kedekatan mereka terhadap Bapa di sorga, namun dalam hal mendidik anak, mereka memiliki kelemahan yang nyata.
*1 Samuek 8: 2-5* Nama anaknya yang sulung ialah Yoel, dan nama anaknya yang kedua ialah Abia; keduanya menjadi hakim di Bersyeba. Tetapi anak-anaknya itu tidak hidup seperti ayahnya_; mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan keadilan. Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya: "Engkau sudah tua dan *anak-anakmu tidak hidup seperti engkau*__; maka ..."
Kedua anak Samuel ditolak sebagai hakim di Bersyeba karena perilaku mereka tidak seperti ayahnya.
Demikian pula Absalom anak Daud yang berupaya membunuh ayahnya sendiri:
*2 Samuel 16: 11* Pula kata Daud kepada Abisai dan kepada semua pegawainya: "Sedangkan *anak kandungku ingin mencabut nyawaku*, terlebih lagi sekarang orang Benyamin ini!
Kedua contoh tadi merupakan kelemahan para orang tua dalam mendidik anak mereka karena kurang menekankan penerapan *Ulangan 6: 5-7* di atas.
Sebagai orang tua yang belum sepenuhnya dapat membawa anak-anak untuk mengasihi Bapa, marilah kita memohon pengampunan dan sekaligus pertolongan-Nya agar kita dimampukan *membawa anak-cucu untuk lebih bersungguh-sungguh* mengasihi Allah, sehingga berkat Bapa akan keperkasaan anak cucu akan terjadi dalam kehidupan kita.
*Mazmur 112: 2*
*Anak cucunya* akan *perkasa di bumi*; angkatan orang benar akan diberkati.
Sebagai apapun kita saat ini orang tua, kakek, nenek, anak atau cucu, marilah memiliki rasa mengasihi Bapa dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati karena itu adalah tugas dan kewajiban kita di hadapan Tuhan sang pemilik kehidupan.
Selamat beraktifitas Tuhan Yesus memberkati amin.
*PD Autopia - Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar