531 Regi: Orang Baik atau Orang Benar
Shalom Alaichem b’shem Yeshua Ha Maschiah, renungan pagi ini dengan tema:
*Orang Baik* atau *Orang Benar*
Kata *baik* dan *benar* memiliki _kemiripan arti_, namun berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata baik memiliki *sepuluh* arti kata sedangkan kata benar hanya *enam saja*, dan *dua diantaranya* adalah berarti _lurus hati_ dan _dapat dipercaya_. Kenyataannya, TUHAN *sudah berkenan* jika kita hidup cukup sebagai *orang benar* saja, seperti halnya *hidup Nuh*.
*Kej. 6:9* “Nuh adalah seorang yang *benar* dan tidak bercela. Melalui dia lahirlah generasi yang saleh.”
*Orang benar* adalah orang yang *lurus hati* dan *dapat dipercaya* oleh TUHAN.
Apa artinya?
1) lurus hati = *jujur*.
*Ams. 3: 32* “Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan *orang jujur Ia bergaul erat*”.
Siapakah diantara kita yang tidak ingin bergaul erat dengan TUHAN? TUHAN, Sang Pencipta langit bumi seisinya ini, yang Mahaesa, Mahakuasa, Mahaagung, Mahamulia, Mahatinggi, Mahakasih dan Mahapenyayang, sumber kehidupan serta sumber berkat, baik berkat rohani maupun jasmani. Namun, syarat utama untuk bisa _bergaul erat_ dengan-Nya adalah kita menjadi *pribadi yang jujur*.
*Ams. 11: 3a* “*Orang yang jujur* dipimpin oleh _ketulusannya_, ……… “
2) *dapat dipercaya*.
Kata jujur merupakan kata sifat yang merupakan potensi yang terdapat pada diri seseorang, sedangkan kata *dapat dipercaya* ini merupakan _perwujudan_ dari kejujuran seseorang, misalnya: jika ada hubungan yang baik dalam satu keluarga (yang *sungguh-sungguh dapat dipercaya*, bukan hubungan baik yang *berpura-pura*), maka *pasti* terjalin *rasa saling percaya*, *rasa aman* dan *menyayangi satu sama lain* antar anggota keluarga itu. Hubungan yang harmonis ini merupakan perwujudan kejujuran yang dapat dipercaya. Jadi hasil kejujuran itu tampak dan bisa dirasakan oleh pihak luar juga.
*TUHAN* menyukai *orang-orang* yang *dapat dipercaya* dan menjadikan mereka sebagai *pemimpin* serta memberikan mereka *banyak berkat*:
Kel. 18: 21 “Disamping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, *orang-orang yang dapat dipercaya*, dan yang benci kepada pengejaran suap; *tempatkanlah mereka* di antara bangsa itu *menjadi pemimpin* …….”
*Ams. 28: 20* “*Orang yang dapat dipercaya* mendapat *banyak berkat*, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.”
Seperti halnya Nuh, *marilah kita belajar hidup benar* di hadapan Tuhan Yesus, agar *kita bisa bergaul erat* dengan Nya, dijadikan-Nya kita *pemimpin* (meskipun dimulai dari skala rumah tangga dulu) dan diberikan-Nya *banyak berkat*. Berkat yang tidak hanya sebatas berkat dunia, tetapi berkat *iman* yang *bernilai kekal*. Haleluya!
PD Autopia Malang
21122016
*Gunawan Wibisono*
*Orang Baik* atau *Orang Benar*
Kata *baik* dan *benar* memiliki _kemiripan arti_, namun berbeda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata baik memiliki *sepuluh* arti kata sedangkan kata benar hanya *enam saja*, dan *dua diantaranya* adalah berarti _lurus hati_ dan _dapat dipercaya_. Kenyataannya, TUHAN *sudah berkenan* jika kita hidup cukup sebagai *orang benar* saja, seperti halnya *hidup Nuh*.
*Kej. 6:9* “Nuh adalah seorang yang *benar* dan tidak bercela. Melalui dia lahirlah generasi yang saleh.”
*Orang benar* adalah orang yang *lurus hati* dan *dapat dipercaya* oleh TUHAN.
Apa artinya?
1) lurus hati = *jujur*.
*Ams. 3: 32* “Karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan *orang jujur Ia bergaul erat*”.
Siapakah diantara kita yang tidak ingin bergaul erat dengan TUHAN? TUHAN, Sang Pencipta langit bumi seisinya ini, yang Mahaesa, Mahakuasa, Mahaagung, Mahamulia, Mahatinggi, Mahakasih dan Mahapenyayang, sumber kehidupan serta sumber berkat, baik berkat rohani maupun jasmani. Namun, syarat utama untuk bisa _bergaul erat_ dengan-Nya adalah kita menjadi *pribadi yang jujur*.
*Ams. 11: 3a* “*Orang yang jujur* dipimpin oleh _ketulusannya_, ……… “
2) *dapat dipercaya*.
Kata jujur merupakan kata sifat yang merupakan potensi yang terdapat pada diri seseorang, sedangkan kata *dapat dipercaya* ini merupakan _perwujudan_ dari kejujuran seseorang, misalnya: jika ada hubungan yang baik dalam satu keluarga (yang *sungguh-sungguh dapat dipercaya*, bukan hubungan baik yang *berpura-pura*), maka *pasti* terjalin *rasa saling percaya*, *rasa aman* dan *menyayangi satu sama lain* antar anggota keluarga itu. Hubungan yang harmonis ini merupakan perwujudan kejujuran yang dapat dipercaya. Jadi hasil kejujuran itu tampak dan bisa dirasakan oleh pihak luar juga.
*TUHAN* menyukai *orang-orang* yang *dapat dipercaya* dan menjadikan mereka sebagai *pemimpin* serta memberikan mereka *banyak berkat*:
Kel. 18: 21 “Disamping itu kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, *orang-orang yang dapat dipercaya*, dan yang benci kepada pengejaran suap; *tempatkanlah mereka* di antara bangsa itu *menjadi pemimpin* …….”
*Ams. 28: 20* “*Orang yang dapat dipercaya* mendapat *banyak berkat*, tetapi orang yang ingin cepat menjadi kaya, tidak akan luput dari hukuman.”
Seperti halnya Nuh, *marilah kita belajar hidup benar* di hadapan Tuhan Yesus, agar *kita bisa bergaul erat* dengan Nya, dijadikan-Nya kita *pemimpin* (meskipun dimulai dari skala rumah tangga dulu) dan diberikan-Nya *banyak berkat*. Berkat yang tidak hanya sebatas berkat dunia, tetapi berkat *iman* yang *bernilai kekal*. Haleluya!
PD Autopia Malang
21122016
*Gunawan Wibisono*
Komentar
Posting Komentar