1407 Rensi: Kacamata Beda

Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Tema renungan siang ini 

*KACAMATA BEDA* 

Dasar firmannya diambil dari :

*Yesaya 38:17* (TB) Sesungguhnya, penderitaan yang pahit menjadi keselamatan bagiku; Engkaulah yang mencegah jiwaku dari lobang kebinasaan. Sebab Engkau telah melemparkan segala dosaku jauh dari hadapan-Mu.

Saudaraku kekasih Kristus,
Kita mengenal berbagai kacamata dalam hidup ini. Ada kacamata minus, plus, yang pada umumnya berwarna putih bening, dan ada juga kacamata hitam.
Jika kita menggunakan kacamata putih bersih dan jernih, memang semua akan tampak bersih. Namun, jika mengenakan kacamata hitam, semua akan tampak seolah berada dalam suasana mendung dan gelap.
Beranalogi dengan kondisi tersebut, saya mengajak Anda untuk mencermati masalah berikut.

Saat melihat seseorang yang sakit, kita menggunakan kacamata mana? Kacamata dunia yang gelap bahwa sesakit itu sebagai kutukan, ataukah kacamata bening yang melihat dari sisi rencana Bapa bahwa sesakit itu sebagai sarana penyelamatan jiwa?

Melihat pasien terbujur tanpa daya, dengan mata tanpa ekspresi serta tidak responsif atas sapaan kita, mungkin kita menganggap saudara kita itu sedang kena kutukan Allah.
Dalam bahasa Jawa diistilahkan hanya menjadi _kembang amben_ atau penghias ranjang saja. Jika saya tidak dipanggil-Nya, tentulah saya sama dengan orang dunia, akan mengolok, mencibir, dan menggunakan kacamata gelap saja.  Jika melihat dengan kacamata ilahi, penderitaan itu adalah jalan keselamatan bagi si pasien dan keluarganya. Dan bagi kita, penderitaan sesama itu adalah panggilan jiwa agar mewujudnyatakan aksi kasih berupa tindakan nyata dalam proyek kasih.

Ya, kita diajari Bapa untuk melihat dengan kacamata berbeda. Kita harus berbeda dengan orang-orang dunia ini. Bapa pernah berpesan lewat karya nubuatan agar kita memiliki rasa simpati dan empati kepada sesama kita sebagai wujud kasih. Melihat si sakit, kita pun memosisikan diri sebagai pasien tersebut. Maka, kita akan ikut merasakan sengsaranya dalam kondisi seperti itu. Tentu pasien akan mengemukakan doa ini kepada Bapa:

*Mazmur 22: 8, 12* (TB) (8) Semua yang melihat aku mengolok-olok aku, mereka mencibirkan bibirnya, menggelengkan kepalanya.
(12) Janganlah jauh dari padaku, sebab kesusahan telah dekat, dan tidak ada yang menolong.

*Mazmur 31:10-12* (TB) Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku. Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah; kekuatanku merosot karena sengsaraku, dan tulang-tulangku menjadi lemah. Di hadapan semua lawanku aku tercela, menakutkan bagi tetangga-tetanggaku, dan menjadi kekejutan bagi kenalan-kenalanku; mereka yang melihat aku di jalan lari dari padaku.

Kita pun mendukung doa pasien tersebut sebagaimana pesan indah-Nya dalam hal menjalin relasi antarmanusia:

*Roma 12:15* (TB) Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!

Sementara kita juga harus seperti beberapa orang yang penuh kasih membawa pasien lumpuh ke hadapan Bapa sekalipun harus membuka atap rumah. Mereka rela berkorban waktu dan tenaga agar pasien mendapatkan kesempatan bertemu Bapa, memperoleh belas kasih-Nya, dan kesembuhan dari-Nya.

*Markus 2:4-5, 12* (TB) Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!" Dan orang itu pun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: "Yang begini belum pernah kita lihat."

Melalui proyek kasihlah kita diajari ikut merasakan bagaimana merana dan sengsaranya saudara kita yang berada dalam kondisi fisik lemah. Melalui proyek kasih pulalah kesombongan diri dan ego kian luntur karena ternyata masih banyak yang lebih menderita dan dengan demikian rasa syukur akan selalu terlontar dari bibir kita. Melalui proyek kasih kita  bersama-sama membawa yang sedang dalam penderitaan kepada Bapa, berharap Bapa berbelas kasih, mengampuni, dan memulihkan kondisinya, terutama iman dan kerohaniannya.

Yang belum berkesempatan ikut PK, semoga Bapa memberikan kesempatan itu. Kesempatan yang harus kita perjuangkan sedemikian rupa senyampang masih kuat! Karena hidup ini adalah kesempatan..

Tuhan Yesus memberkati, Amin.

*PD AUTOPIA MALANG*
04032018
Ninik SR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

1523 Regi: Selamatkan lah waktumu