2473 Rema : Utuslah aku

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan malam ini diambil dari :

Firman Tuhan dalam

*Yesaya 6 : 1-13*

Ayat nats :

*Yesaya 6 : 8* Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: "Ini aku, *utuslah aku*!"


Dengan judul:

*Utuslah aku*


Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, firman ini adalah firman yang sudah sering kita dengar, baca dan renungkan, namun marilah masing-masing kita menemukan kehendak Tuhan Yesus dengan tuntunan Roh Kudus.

Apabila kita membaca keseluruhan perikop ini, ternyata nabi Yesaya hidup di tengah-tengah bangsa yang najis bibir (ayat 5a), namun atas kasih Tuhan Semesta Alam, diutusNyalah serafim (makhluk malaikat bertingkat tinggi) untuk menyentuh mulut Yesaya dengan bara pertanda kesalahan sudah dihapus dan dosa telah diampuni. Dan nabi Yesaya meresponnya dengan bersedia menerima perintah Allah untuk pergi sebagai utusan Allah menyelamatkan yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem setelah matinya Raja Uzia.

Saudaraku, seringkali ketika kita ditanya, mengapa kita bersedia melayani adalah karena Tuhan Yesus telah menunjukkan kebaikanNYA kepada kita atau karena pengorbananNYA yang luar biasa bagi kita, sehingga sebagai balasnya, kita harus melayani dengan sungguh-sungguh. Berkaca pada keadaan nabi Yesaya, kita adalah orang-orang yang tidak layak, bahkan najis bibir, karena itu seharusnya kita sadar bahwa hanya karena kasih karunia Allah, kita yang sebenarnya tidak berguna, bahkan kotor dan najis di hadapan Allah, telah dikuduskanNYA dan dilayakkan untuk menjadi anak-anak Allah bahkan menjadi pelayan-pelayanNya.
Maka saat kita dipilih dan diutus kita harus menyadari dengan sungguh-sungguh bahwa *hanya oleh belas kasih Bapa*, kita telah diangkat dari kenajisan dan dosa,  melalui pengorbanan nyawa Tuhan Yesus.

Karena itu sangatlah penting untuk menjaga diri kita agar tidak jatuh lagi dalam berbagai pencobaan melalui tekad kita untuk menjaga kekudusan dan selalu rendah hati, yang nampak dari buah yang kita hasilkan.
Sehingga sesuatu yang berharga berupa pilihan dan pengutusan itu tidak dicabut/tidak diambil dari kita :

*Lukas 25 : 28* Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu

*Lukas 25 : 30* Dan *campakkanlah hamba yang tidak berguna itu* ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.

Pilihan tetap ada pada kita, mau mengorbankan kepentingan dan keinginan pribadi atau kesukaan duniawi untuk melayani sesama? Atau meninggalkan pengutusan Allah karena lebih memilih atau membela keegoisan/harga diri demi kemuliaan diri semata?
Ingatlah ketika kita sudah diutus berarti Allah telah menerima kekurangan-kekurangan kita, kenajisan kita terlebih pertobatan kita.
Dan ingatlah juga dampak dari meninggalkan pengutusan itu adalah :

*Ibrani 10 : 38* Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan *apabila ia mengundurkan diri, maka _Aku tidak berkenan kepadanya_*.


Seperti dalam karya Roh Kudus di PD Autopia hari Sabtu, 24 Agustus 2018, Tuhan Yesus berfirman bahwa pengertian “tidak berkenan” itu berarti *kita tidak akan mendapatkan upah*.
Maka sia-sialah kehidupan kita, sia-sialah penyataan diri telah diselamatkan tetapi tidak merespon dengan baik dan bertanggungjawab.

Padahal upah besar yang akan kita terima adalah :

1. Menjadi warga kerajaan surga / kekekalan

2. Upah lainnya berupa kebutuhan hidup di dunia ini baik sarana hidup, berkat kesehatan, masalah ekonomi dan lain-lain

Mari saudaraku, terima pengutusan ini dengan hidup dekat melekat kepada Tuhan Yesus dan tetap semangat ketika pemurnian iman terjadi dalam kehidupan kita, karena besar upah menanti kita.

Selamat berjuang saudaraku. Tuhan Yesus memberkati. Amin



Salam kasih
*PD Imanuel Jakarta*
Lilies

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR