2435 Rema : KESAKSIAN PENJUAL TEMPE

Shalom Alaichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan malam  ini bertema:

*KESAKSIAN PENJUAL TEMPE*

Diambil dari:

*Yesaya 55 : 8-9* (TB)  "Sebab rancangan-KU bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-KU,” demikianlah firman TUHAN. “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-KU dari jalanmu dan rancangan-KU dari rancanganmu."


Inilah  kesaksian penjual tempe yang percaya Tuhan Yesus. Sehari sebelumnya, dia memarahi pedagang di sebelahnya atas kecerobohannya. Namun, adu mulut tersebut dianggap selesai begitu saja. Lalu hari itu pulang dari pasar, dia harus membantu saudaranya yang mempunyai hajat.

Biasanya dia membuat tempe sekitar pukul 15.00 atau 16.00 sehingga keesokan harinya saat berangkat ke pasar sekitar pukul 05.00 tempenya itu sudah siap dijajakan. Namun, karena hari itu dia terlambat pulang, maka dia baru membuat tempenya sekitar pukul 20.00.  Sambil agak mengantuk, dia pun lupa tidak berdoa dalam pembuatan tempe seperti yang biasa dilakukannya.

Pagi itu, dia mencoba mengintip salah satu bungkusan tempe yang dibuatnya. Namun, tentu saja tempenya belum terekat sempurna alias masih setengah matang. Bagaimana pun dia harus pergi ke pasar. Jika tidak, tidak ada pula uang pembeli beras. Begitulah, akhirnya dia membawa dagangannya ke pasar. Dia tetap berdoa, memohon agar Tuhan Yesus memberikan rezekinya hari itu. Namun, hingga pukul 10.00 saat biasanya tempe dagangannya sudah ludes, kali ini masih utuh seperti semula.

Dia tetap berdoa di dalam hatinya. Lalu, tiba-tiba dia teringat bahwa doanya tidak didengar itu mungkin karena dosa kesalahannya. Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.   
*Yesaya 59:2*.

Kesalahanmu menghalangi semuanya ini, dan dosamu menghambat yang baik dari padamu.
*Yeremia 5:25*

Dia pun teringat akan pertengkarannya kemarin, lalu sambil tergopoh-gopoh dia datangi teman penjualnya. Dia meminta maaf dengan tulus dan mengakui bahwa tutur katanya kemarin sangat tidak etis. Selain menjadi akar pahit di hati, tentu juga tidak membuatnya nyaman sehingga tempenya pun tidak bagus hasilnya. Pikirnya, setelah meminta maaf, Tuhan akan mengabulkan doanya. Dan jika kamu berdiri untuk berdoa ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya kamu juga diampuni Bapamu yang di surga mengampuni kesalahanmu
*Markus 11: 25* .

Dalam hatinya dia tetap berdoa dan berharap setelah pengakuan dan permintaan maaf kepada temannya ini ada yang membeli dagangannya meski hanya cukup untuk ongkos pulang.

Sampai pukul 12.00 dagangannya tetap utuh. Waktu teman-teman pedagang lain sudah bersiap-siap pulang, dia masih  _stay_ di kiosnya. Namun, tiba-tiba ada dua orang wanita terburu-buru bertanya di manakah mereka bisa memperoleh tempe yang setengah matang. Sambil _dag dig dug_  sang penjual menanyakan  alasan si ibu mencari tempe setengah matang. Tempe itu akan dibawa ke luar pulau. Agar tidak busuk, dia membutuhkan tempe yang belum masak.

Barulah sang penjual mengatakan semua dagangan tempenya belum matang, dan baru besok bisa dikonsumsi. Dia mengakui jujur mengapa dagangannya belum matang, dan harus bertanya untuk apa si pembeli membutuhkan karena tidak mau pembeli kecewa. Dan diborongnyalah tempe dagangan tersebut! Malah atas kejujurannya itu, si pembeli yang ternyata seiman itu pun memberikan sedikit tambahan.

Saudaraku kekasih Kristus,
Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi dan mengapa sesuatu terjadi. Aku tahu, ya TUHAN bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.
*Yeremia 10:23*.

Maka, sebagaimana sabda-Nya: Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan 
*Yeremia 29:11*

baiklah kita senantiasa berserah penuh pada otoritas-Nya atas hidup kita. Bukankah ada tertulis pada penggal lagu, “ _Tiap langkahku diatur oleh Tuhan, dan tangan kasih-Nya memimpinku_  ”

Biarlah kita dimampukan-Nya manut, taat, dan setia melakukan sabda dan kehendak-Nya karena semua yang terjadi pasti untuk kebaikan kita.

Tuhan Yesus memberkati.

*PD AUTOPIA MALANG*
Ninik SR

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR