994 Rensi: Belajar Percaya

Shalom Alaichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus firman hari ini diambil dari :

Yohanes 11:15 (TB)  tetapi syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu, sebab demikian lebih baik bagimu, supaya kamu dapat *belajar percaya.* Marilah kita pergi sekarang kepadanya."

Dengan tema:

*Belajar Percaya*

Sebagai orang-orang yang sudah dipilihNya ternyata dalam menyelami karya Allah melalui Tuhan Yesus kita harus banyak belajar percaya.

Percaya itu hanya terdiri dari 7 huruf, sangat mudah diucapkan, tetapi ternyata begitu sulit untuk dilakukan, kalau disaat enak, nyaman, biasanya mudah untuk bisa percaya, namun kala kondisi sudah mendesak, mepet, urgen, tidak ada harapan, bisa percaya?

Biasanya yang ada akal budinya yang di depan.

Belajar percaya gak hanya yang muda saja (dalam artian pengenalan akan Tuhannya) bahkan yang senior pun, ternyata kita semua masih harus belajar, belajar dan belajar.

Namanya belajar, itu pasti ada teori dan praktek (penerapan), secara teori melalui Firman Allah yang kita renungan baik di persekutuan, ataupun melalui regi, rensi dan bahkan saat PK.

Nah kapan prakteknya? ya saat kita menjalani hidup ini.

Seringkali Tuhan Yesus bersabda saat karya Roh, saat dalam persekutuan doa semua paham, giliran diluar persekutuan, belum selang beberapa lama, sudah lupa, lha kalau teorinya saja sudah dilupakan, bagaimana saat praktek, pasti blank, bingung, jadi gak ada bekal untuk praktek.

Namun bersyukur, bahkan kita sudah dikaruniai Roh Kudus Allah yang mengingatkan kita saat praktek (asalkan jika sebelumnya sudah pernah belajar firman tentunya, kalau belum, ya gak ada yang buat diingatkan)

Prakteknya, ya saat kita menghadapi permasalahan hidup, sakit, pergumulan, saat kita lemah dan tak berdaya, disitu sering terjadi pertentangan antara akal budi kita dan iman kita, mau pakai akal budi, atau iman kita.

Namanya belajar percaya, ya kita harus belajar menghadapi segala sesuatu dengan iman. Baik kondisi yang enak, maupun yang tidak enak, kondisi santai bahkan genting, seperti ayat nats diatas.

Tuhan Yesus berkenan memakai kematian Lazarus supaya murid-muridnya belajar percaya, gak main-main lho, kematian dipakaiNya menjadi model (contoh)

Kematian bagi manusia adalah akhir segalanya, tidak ada harapan lagi, tidak mungkin bagi manusia untuk berharap lagi, sudah akhir, sudah selesai, sudah pupus harapan, tetapi ternyata, dalam Yesus, gak ada yang mustahil, hal ektrim ini di pakaiNya sebagai contoh, kalau yang tak ada harapan saja, ternyata di dalam Yesus masih terbuka harapan, Yesus sanggup membangkitkan harapan yang sudah mati, terlebih yang masih ada sedikit harapan?

Jika saat ini kita sedang dalam kondisi yang payah, lemah dan tak berdaya, kenapa kita masih ngotot dengan mengandalkan akal pikiran kita yang sangat terbatas ini, mengapa kita tidak mengandalkan Tuhan kita Yesus Kristus yang sudah terbukti, sebagai penolong kita.

Mazmur 46:2 (TB)  Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, *sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.*

Kalau kemarin diibaratkan kita naik pickup tetapi beban dipikulan kita masih kita pikul, ya tentunya kita tidak merasakan kelepasan atas beban kita, ya mari kita taruh beban ini, berharap penuh, pasrah penuh kepada Sang Pemilik hidup kita,  kalau kita mendekat terus, masakan Allah kita akan membiarkan kita tergeletak?

Mazmur 37:24 (TB)  *apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.*

Jadi, akankah kita ragu akan kuasaNya? Mari kita takut dan berharap penuh kepadaNya, karena ternyata Allah kita ini senang lho jika kita berharap akan kasih setiaNya

Mazmur 147:11 (TB)  *TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya.*

Selamat beraktifitas
Tuhan Yesus membersamai kita dalam setiap langkah hidup kita.

Amin

*PD Autopia Malang*
06082017
Andika zakaria

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR