1028 Rensi: Double Standards
Shalom Aleichem b'shem Yeshua ha Mashiach.
Tema renungan siang ini adalah:
_"Double Standards"_
Firman yang mendasari dari
Lukas 6: 38b
*"Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."*
Sadar atau tidak, sebagai manusia kita memiliki standar dalam menginginkan sesuatu baik itu pekerjaan, teman-teman, komunitas, pasangan, harta benda dan hal-hal yang lain yang terintegrasi menjadi sebuah "gaya hidup" (lifestyle).
Standar ini adalah hasil dari proses pengalaman hidup sepanjang hayat.
Dalam hal duniawi, kita punya standar dalam berpakaian, berinteraksi, berperilaku, bertutur kata, dsb.
Celakanya, standar ini sering kita gunakan untuk mengukur orang lain sehingga ada batasan yang menghambat orang tersebut dalam berinteraksi dengan kita. "Gak level aku dengan orang semacam itu". Pembedaan ukuran kita kepada dua orang dengan melihat variabel-variabel duniawi itulah yang disebut _double standards_ seakan-akan ada standar "masuk dan tidak masuk".
Sesuai ayat di atas, ukuran yang kita gunakan akan juga diukurkan kepada kita. Padahal di mata Allah kita adalah orang-orang *berhutang* dan *menumpang*.
1 Petrus 1:17
*"Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini."*
Dalam standar Allah, kita sepantasnya menjadi hamba/budak yang berhutang yang diperbolehkan menumpang!
Tapi karena kasih karunia Nya, kita boleh menyebut diri kita "anak-anak Allah".
Pertanyaannya sekarang, apakah kita masih mau memakai _double-standards_ dengan membeda-bedakan orang lain menurut ukuran kita? Ataukah memakai standar Allah dengan menganggap kita sama-sama orang berhutang yang menumpang dalam perlombaan menggenapi standar Allah yang disebut "kesempurnaan"?
Matius 5:48
*"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."*
Kemuliaan bagi Allah Tritunggal Maha Kudus. TUHAN Yesus memberkati.
Halleluya.
Amin.
*PD Autopia Malang*
23082017
Andrias T.S.
Tema renungan siang ini adalah:
_"Double Standards"_
Firman yang mendasari dari
Lukas 6: 38b
*"Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."*
Sadar atau tidak, sebagai manusia kita memiliki standar dalam menginginkan sesuatu baik itu pekerjaan, teman-teman, komunitas, pasangan, harta benda dan hal-hal yang lain yang terintegrasi menjadi sebuah "gaya hidup" (lifestyle).
Standar ini adalah hasil dari proses pengalaman hidup sepanjang hayat.
Dalam hal duniawi, kita punya standar dalam berpakaian, berinteraksi, berperilaku, bertutur kata, dsb.
Celakanya, standar ini sering kita gunakan untuk mengukur orang lain sehingga ada batasan yang menghambat orang tersebut dalam berinteraksi dengan kita. "Gak level aku dengan orang semacam itu". Pembedaan ukuran kita kepada dua orang dengan melihat variabel-variabel duniawi itulah yang disebut _double standards_ seakan-akan ada standar "masuk dan tidak masuk".
Sesuai ayat di atas, ukuran yang kita gunakan akan juga diukurkan kepada kita. Padahal di mata Allah kita adalah orang-orang *berhutang* dan *menumpang*.
1 Petrus 1:17
*"Dan jika kamu menyebut-Nya Bapa, yaitu Dia yang tanpa memandang muka menghakimi semua orang menurut perbuatannya, maka hendaklah kamu hidup dalam ketakutan selama kamu menumpang di dunia ini."*
Dalam standar Allah, kita sepantasnya menjadi hamba/budak yang berhutang yang diperbolehkan menumpang!
Tapi karena kasih karunia Nya, kita boleh menyebut diri kita "anak-anak Allah".
Pertanyaannya sekarang, apakah kita masih mau memakai _double-standards_ dengan membeda-bedakan orang lain menurut ukuran kita? Ataukah memakai standar Allah dengan menganggap kita sama-sama orang berhutang yang menumpang dalam perlombaan menggenapi standar Allah yang disebut "kesempurnaan"?
Matius 5:48
*"Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna."*
Kemuliaan bagi Allah Tritunggal Maha Kudus. TUHAN Yesus memberkati.
Halleluya.
Amin.
*PD Autopia Malang*
23082017
Andrias T.S.
Komentar
Posting Komentar