985 Regi: Talita Kum

Shalom Aleichem b’Shem Yeshua ha Mashiach.
Tema regi ini adalah:

*Talita Kum*

Dasar firman:

Markus 5: 41 _Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: *“Talita kum.”* yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, *bangunlah!*”_

Waktu kematian adalah suatu misteri, seseorang bisa meninggal pada usia sangat lanjut, namun sebaliknya ada pula yang mati usia dini bahkan masih bayi.

Lima puluhan tahun yang lalu, adalah seorang ibu yang merasa sangat kesulitan dalam melahirkan bayinya, hingga diperlukan upaya persalinan menggunakan vakum untuk menurunkan resiko kesakitan bagi sang ibu dan kematian terhadap bayi. Upaya ini berhasil meskipun sang bayi sempat mengalami kehilangan napas, meski sesaat. Karena peristiwa itu sang ayah mengutip kata yang digunakan Tuhan Yesus untuk membangunkan putri Yairus kepala rumah ibadat, pada bayinya yang baru lahir itu: *Talita kum*. Dan sebagai tanda bahwa bayi itu adalah buah kasih orangtua, maka ditambahkan masing-masing huruf depan dari nama orangtuanya, yaitu A (Atmodjo) dan N (Nanik), dan akhiran i pada akhir namanya, sehingga nama lengkapnya bayi itu menjadi: *Antalita Kumi*. Sebuah kisah nyata kelahiran putri kedua pasangan Bapak dr. Atmodjo dan Ibu Sri Soedarni (nama panggilan: Nanik).

*Talita kum* merupakan kata yang berasal dari bahasa Aram yang dipakai *Tuhan Yesus membangkitkan anak Yairus*, kepala rumah ibadat di Galilea dari kematian sekitar 2000 tahun yang lalu; seperti halnya *Tuhan Yesus memberikan kehidupan kepada putri kedua dr. Atmodjo* pada sekitar 50-an tahun yang lalu.

Kata: *“Bangunlah!”*, direspon oleh putri Yairus dengan: Seketika itu juga anak itu *bangkit berdiri dan berjalan*
( *Markus 5: 42a*),
sehingga membuat semua orang yang hadir di situ *sangat takjub*.

Apa yang membuat hal itu terjadi?
Pada *Markus 5: 34*, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa *karena iman*, perempuan yang mengalami pendarahan 12 tahun sembuh. Demikian pula yang terjadi pada Yairus dan dr. Atmodjo, pasti *karena iman mereka*, maka kedua putri mereka lolos dari maut.

Bagaimanakah *cara menumbuhkan iman* dalam kehidupan kita? Ternyata, iman percaya tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi *perlu belajar*, lalu diasah dan dipertajam. *Tuhan Yesus sendiri menegaskan kita perlu belajar untuk percaya, belajar beriman*:
*Yoh. 11: 15* _… syukurlah Aku tidak hadir pada waktu itu (pada waktu Lazarus meninggal empat hari yang lalu), … *supaya kamu dapat belajar percaya*._

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, apabila keadaan kita tidak seperti yang kita harapkan, janganlah tergesa-gesa untuk mengeluh terlebih memprotes kepada Tuhan Yesus, karena sebenarnya *kita dikehendaki untuk belajar percaya, belajar beriman*, agar justru *terhindar dari kematian, terutama kematian kekal.*

Marilah kita terus-menerus belajar percaya, belajar beriman hingga pada suatu saat nanti orang lain akan takjub melihat kuasa-Nya melalui diri kita! Sampai jumpa hari Minggu, 6 Agustus 2017 di PD Talita kumi, Bondowoso agar iman kita semakin dibangun, bangkit dan berjalan seturut kehendak-Nya.

*Imanuel.*

*PD AUTOPIA MALANG*
02082017
Gunawan Wibisono

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR