2535 Rema : Bersyukur Dalam Segala Cuaca
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.
Renungan malam ini berdasar firman:
*Amos 4 : 7-8* "Akupun telah menahan hujan dari padamu, ketika tiga bulan lagi sebelum panen; *Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering*; penduduk dua tiga kota pergi terhuyung-huyung ke satu kota untuk minum air, tetapi mereka tidak menjadi puas; namun kamu tidak berbalik kepada-Ku," demikianlah firman TUHAN.
Dengan tema:
*Bersyukur Dalam Segala Cuaca*
Sampai dengan bulan atau hari ini, mungkin hampir di seluruh wilayah Indonesia mengalami kekeringan karena belum datangnya hujan. Dan hak mutlak penurunan hujan adalah dari Tuhan Yesus seperti yang tertulis pada ayat diatas “Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering”.
Lalu bagaimana sikap kita menghadapi cuaca yang kurang bersahabat ini? Bersungut-sungutkah kita karena udara sangat panas, tubuh terasa tidak nyaman, banyak nyamuk, dan kekeringan menimpa tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita sehingga menimbulkan banyak sampah dan pada akhirnya pemandangan menjadi kurang sedap.
Atau kita mampu bersyukur dengan kondisi ini? Padahal Tuhan Yesus mengajarkan untuk
Efesus 5:20 *Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu* dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
Dalam ayat diatas, kita diminta mengucap syukur senantiasa dalam segala sesuatu, bagaimana bila kekeringan yang menyebabkan tidak nyaman itu mau tidak mau melanda hidup kita?
Jawaban ada pada kita masing-masing sebagai bahan introspeksi diri.
Bila musim kering ini berlalu, maka masa penghujan tiba. Apa yang terjadi ketika masa penghujan itu tiba? Dimana-mana basah, becek bahkan banjir, atau di beberapa bagian rumah terjadi kebocoran, atau jemuran tidak kering-kering, atau malas keluar rumah karena terkena basahnya hujan dan lain-lain ketidaknyamanan.
Bila kita yang hidup di Indonesia, hanya menghadapi 2 musim, bagaimana dengan saudara-saudara yang hidup di benua yang lain dengan 4 musim berganti setiap tahun.
Masihkah kita terus dapat bersyukur?
Masihkah kita melihat sisi positif lainnya dari setiap musim?
Masihkah kita terus bersemangat untuk melayani/menolong orang lain yang membutuhkan?
Saudaraku, kita seharusnya bersyukur memiliki Allah yang hidup di dalam Tuhan Yesus yang tak henti-hentinya menghajar, mendidik dan mengarahkan kehidupan kita. Dan ini hanya didapat ketika kita rajin mendekat dan melekat kepada Tuhan Yesus melalui ibadah-ibadah kita di Gereja, kelompok dan Persekutuan Doa.
Dan hanya di Persekutuan Doa inilah Roh Allah nyata hadir, lalu kenapa kita masih sering enggan untuk hadir?
Karena ingatlah melalui pengajaran dan didikan Tuhan Yesus itulah kita sedang membangun rumah iman kita diatas batu karang yang teguh, sehingga saat segala berkat yang tidak nyaman ini datang menerpa, kita tidak bersungut-sungut tapi bisa bersyukur yang mengakibatkan kita mampu bersikap positif menghadapi setiap peristiwa dalam hidup kita.
Tuhan Yesus memberkati.amin
Salam kasih,
*PD Imanuel, Jakarta*
Lilies
Renungan malam ini berdasar firman:
*Amos 4 : 7-8* "Akupun telah menahan hujan dari padamu, ketika tiga bulan lagi sebelum panen; *Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering*; penduduk dua tiga kota pergi terhuyung-huyung ke satu kota untuk minum air, tetapi mereka tidak menjadi puas; namun kamu tidak berbalik kepada-Ku," demikianlah firman TUHAN.
Dengan tema:
*Bersyukur Dalam Segala Cuaca*
Sampai dengan bulan atau hari ini, mungkin hampir di seluruh wilayah Indonesia mengalami kekeringan karena belum datangnya hujan. Dan hak mutlak penurunan hujan adalah dari Tuhan Yesus seperti yang tertulis pada ayat diatas “Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering”.
Lalu bagaimana sikap kita menghadapi cuaca yang kurang bersahabat ini? Bersungut-sungutkah kita karena udara sangat panas, tubuh terasa tidak nyaman, banyak nyamuk, dan kekeringan menimpa tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar kita sehingga menimbulkan banyak sampah dan pada akhirnya pemandangan menjadi kurang sedap.
Atau kita mampu bersyukur dengan kondisi ini? Padahal Tuhan Yesus mengajarkan untuk
Efesus 5:20 *Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu* dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita
Dalam ayat diatas, kita diminta mengucap syukur senantiasa dalam segala sesuatu, bagaimana bila kekeringan yang menyebabkan tidak nyaman itu mau tidak mau melanda hidup kita?
Jawaban ada pada kita masing-masing sebagai bahan introspeksi diri.
Bila musim kering ini berlalu, maka masa penghujan tiba. Apa yang terjadi ketika masa penghujan itu tiba? Dimana-mana basah, becek bahkan banjir, atau di beberapa bagian rumah terjadi kebocoran, atau jemuran tidak kering-kering, atau malas keluar rumah karena terkena basahnya hujan dan lain-lain ketidaknyamanan.
Bila kita yang hidup di Indonesia, hanya menghadapi 2 musim, bagaimana dengan saudara-saudara yang hidup di benua yang lain dengan 4 musim berganti setiap tahun.
Masihkah kita terus dapat bersyukur?
Masihkah kita melihat sisi positif lainnya dari setiap musim?
Masihkah kita terus bersemangat untuk melayani/menolong orang lain yang membutuhkan?
Saudaraku, kita seharusnya bersyukur memiliki Allah yang hidup di dalam Tuhan Yesus yang tak henti-hentinya menghajar, mendidik dan mengarahkan kehidupan kita. Dan ini hanya didapat ketika kita rajin mendekat dan melekat kepada Tuhan Yesus melalui ibadah-ibadah kita di Gereja, kelompok dan Persekutuan Doa.
Dan hanya di Persekutuan Doa inilah Roh Allah nyata hadir, lalu kenapa kita masih sering enggan untuk hadir?
Karena ingatlah melalui pengajaran dan didikan Tuhan Yesus itulah kita sedang membangun rumah iman kita diatas batu karang yang teguh, sehingga saat segala berkat yang tidak nyaman ini datang menerpa, kita tidak bersungut-sungut tapi bisa bersyukur yang mengakibatkan kita mampu bersikap positif menghadapi setiap peristiwa dalam hidup kita.
Tuhan Yesus memberkati.amin
Salam kasih,
*PD Imanuel, Jakarta*
Lilies
Komentar
Posting Komentar