1092 Rensi: SalibNya atau Salahmu Dewe

Shalom Aleichem b'Shem Jeshua Ha Mashiach.
Saudara terkasih dalam Kristus,  renungan siang ini bertemakan:

*SALIB-NYA atau SALAH MU DEWE..*

Dasar firman dari:

Matius 16:24 (TB)  *Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus MENYANGKAL dirinya, MEMIKUL salibnya dan MENGIKUT Aku.*

Sudah sering kita membaca dan membahas ayat di atas,  tapi sesering itu pula kita gagal paham ketika mengimplementasikannya dalam kehidupan kita.

Seseorang bercerita,  berkeluh-kesah tentang keluarganya. Mereka dulu kaya dan hidup senang. Sayangnya, mereka memperoleh harta dengan jalan yang tidak benar. Kemudian, mereka bangkrut. Tak ada lagi properti yang mereka miliki. Kendaraan dipakai dengan was-was karena cicilan tersendat dan takut disita. Hutang menumpuk, SPP anak menunggak, tetapi mereka sulit menghilangkan gaya hidup mewah. Suatu kali ia menghibur diri, _“Ini memang salib yang harus saya pikul.”_
Apakah memang demikian?  Meminjam istilah rasul Paulus,  *_"sekali-kali tidak.."_*

Istilah “memikul salib” pertama kali diperkenalkan Tuhan Yesus menjelang kematian-Nya. Dia memberitahukan banyaknya penderitaan yang bakal dialami-Nya. Yesus juga menyatakan bahwa orang-orang yang hendak mengikuti Dia harus memikul salibnya masing-masing,  namun,  sebelum memikul salib itu, ada hal berat yang harus dijalani terlebih dulu,  yaitu menyangkal diri. Salib itu mengacu pada penderitaan, penganiayaan, atau masalah yang mendera, ketika kita melakukan hal-hal yang seturut kehendakNya dan menjauhi kejahatan serta kesenangan pribadi dan duniawi.

Pertanyaannya, apakah semua penderitaan kita adalah salib yang harus kita pikul? Jika penderitaan itu adalah akibat kesalahan kita sendiri, tentu kita tidak berhak menyebutnya sebagai salib. Itu adalah konsekuensi. Bahasa sederhananya _salahmu dewe.._

1Petrus 2:20 (TB)  *Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.*

Apakah perbedaannya? Salah satunya dapat dilihat dari urutan peristiwanya. Jika kita bersenang-senang menikmati pelanggaran, tetapi kemudian mengalami kemalangan sebagai akibatnya, berarti kita sedang menanggung konsekuensi. Namun, *saat kita bersedia menderita dan melakukan  sesuatu yang berlawanan dengan kesenangan kita sendiri,  karena taat kepada Allah dan kehendakNya,* maka kita akan menikmati sukacita pada akhirnya.
Itulah penyangkalan diri.  Syarat pertama untuk menjadi pengikutNya.  Berat?  memang..
Karena ada upah yang sedemikian luar biasa yang disediakanNya bagi kita.

Roma 5:3-5 (TB) (3) *Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam KESENGSARAAN kita, karena kita tahu, bahwa KESENGSARAAN itu menimbulkan KETEKUNAN,*
(4) *dan KETEKUNAN menimbulkan TAHAN UJI dan TAHAN UJI menimbulkan PENGHARAPAN.*
(5) *Dan PENGHARAPAN TIDAK MENGECEWAKAN, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.*

Tetap bersemangat dan bertekun dalam melakukan hal-hal yang seturut kehendakNya dan berjuang keras untuk mengalahkan diri,  supaya, meskipun jatuh bangun,  minimal, Allah melihat ada niat kuat dari dalam diri kita untuk terus melakukan syarat pertama mengikut Kristus yaitu _menyangkal diri.._

Selamat siang,  Tetap bersemangat.
Tuhan Yesus memberkati, amin

*PD AUTOPIA MALANG*
25092017
hasannysantoso

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR