1084 Rensi: Mengampuni Dengan Tulus
Shalom Aleuchem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus firman hari ini diambil dari :
*Kejadian 50:20 (TB) Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.*
Dengan Tema:
*Mengampuni dengan Tulus*
Beberapa waktu yang lalu Tuhan Yesus kembali dalam karyaNya menekankan akan mengampuni kepada sesama, dimana mengampuni itu wujud dari mengasihi sesama yang sungguh-sungguh, karena jika mengampuni tanpa kesungguhan (jika dibibir saja) akan percuma, hati kita akan tetap tidak ada damai, hilang sukacita dan masih banyak lagi dampaknya terhadap kehidupan kita (yang pastinya dampak negatif).
Salah satu contoh di alkitab, seseorang yang walaupun sepanjang hidupnya di sakiti, di benci, di khianati, di fitnah yang jahat, bahkan oleh saudara-saudaranya sekandung, tetapi dia tidak menjadi benci dan dendam bahkan mau dengan tulus mengampuni, adalah Yusuf.
Bagaimana Yusuf sejak dia kecil, saudara-saudaranya sudah iri kepada dia, bahkan dia di buang, dijual oleh saudaranya sendiri, dan karena dibuang itu, dia harus mengalami kehidupan yang sangat menderita, menjadi budak, dipenjara, difitnah, disiksa dsb
Jika kita merasakan apa yang dirasakan seorang Yusuf, pasti kita akan setuju jika Yusuf benci dan dendam kepada saudara-saudaranya, tetapi ternyata Yusuf tidak mendendam terhadap saudaranya, walaupun hampir separuh hidupnya dia merasakan penderitaan itu, dia tetap setia kepada Tuhan, dia memahami betul bahwa penderitaan yang dia alami ini demi kebaikan, ada rancangan Tuhan yang indah bagi dia, gak hanya itu, ada rencana besar bagi bangsanya melalui penderitaannya.
Bahkan Yusuf masih bisa berpikiran positif terhadap semua penderitaan yang dialami seperti pada nats diatas.
_*Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan*_
Inilah salah satu kunci kesuksesan Yesus melawan amarah dalam dirinya dan mampu mengampuni saudara-saudaranya dengan begitu tulus, bahkan diceritakan bahwa Yusuf sedikitpun tidak ada sakit hati kepada saudara-saudaranya, dia mampu mengalahkan ego nya, mampu mengalahkan hawa nafsu amarahnya, karena memiliki iman bahwa sekalipun orang me-reka-reka yang jahat (melakukan kejahatan terhadap dia) tetapi Allah me-reka-rekakan yang baik bagi dia.
Kitapun pasti pernah diperhadapkan seperti Yusuf, dimana kita disakiti, dibenci, dihina dsbnya, tetapi kita harus tetap bisa mengampuni, dan salah satu ayat yang menguatkan saya untuk bisa mengampuni adalah ayat berikut.
Roma 14:8 (TB) *Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.*
Jadi jika kita merasa bahwa hidup kita bukan milik kita sendiri, mengapa kita tidak bisa mengampuni? Mengapa kita masih menaruh sakit hati? Mengapa masih merasa tidak dihargai?
Jika hidup kita adalah milik Kristus dan kita hidup utk Kristus, mau disakiti, mau dikhianati, mau dibenci, di olok-olok atau apapun itu, yang bisa membuat kita marah dan bahkan dendam, sudah tidak ada lagi, karena bukan lagi kita yang di sakiti, tetapi pemilik hidup kitalah yang disakiti, jadi bersyukur dan dijalani saja, dan jangan lupa, mengampuni dengan tulus. Maka kita akan merasakan sukacita sorgawi walau harus menderita.
Amin, Tuhan Yesus memberkati.
*PD Autopia Malang*
21092017
Andika Zakaria
*Kejadian 50:20 (TB) Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.*
Dengan Tema:
*Mengampuni dengan Tulus*
Beberapa waktu yang lalu Tuhan Yesus kembali dalam karyaNya menekankan akan mengampuni kepada sesama, dimana mengampuni itu wujud dari mengasihi sesama yang sungguh-sungguh, karena jika mengampuni tanpa kesungguhan (jika dibibir saja) akan percuma, hati kita akan tetap tidak ada damai, hilang sukacita dan masih banyak lagi dampaknya terhadap kehidupan kita (yang pastinya dampak negatif).
Salah satu contoh di alkitab, seseorang yang walaupun sepanjang hidupnya di sakiti, di benci, di khianati, di fitnah yang jahat, bahkan oleh saudara-saudaranya sekandung, tetapi dia tidak menjadi benci dan dendam bahkan mau dengan tulus mengampuni, adalah Yusuf.
Bagaimana Yusuf sejak dia kecil, saudara-saudaranya sudah iri kepada dia, bahkan dia di buang, dijual oleh saudaranya sendiri, dan karena dibuang itu, dia harus mengalami kehidupan yang sangat menderita, menjadi budak, dipenjara, difitnah, disiksa dsb
Jika kita merasakan apa yang dirasakan seorang Yusuf, pasti kita akan setuju jika Yusuf benci dan dendam kepada saudara-saudaranya, tetapi ternyata Yusuf tidak mendendam terhadap saudaranya, walaupun hampir separuh hidupnya dia merasakan penderitaan itu, dia tetap setia kepada Tuhan, dia memahami betul bahwa penderitaan yang dia alami ini demi kebaikan, ada rancangan Tuhan yang indah bagi dia, gak hanya itu, ada rencana besar bagi bangsanya melalui penderitaannya.
Bahkan Yusuf masih bisa berpikiran positif terhadap semua penderitaan yang dialami seperti pada nats diatas.
_*Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan*_
Inilah salah satu kunci kesuksesan Yesus melawan amarah dalam dirinya dan mampu mengampuni saudara-saudaranya dengan begitu tulus, bahkan diceritakan bahwa Yusuf sedikitpun tidak ada sakit hati kepada saudara-saudaranya, dia mampu mengalahkan ego nya, mampu mengalahkan hawa nafsu amarahnya, karena memiliki iman bahwa sekalipun orang me-reka-reka yang jahat (melakukan kejahatan terhadap dia) tetapi Allah me-reka-rekakan yang baik bagi dia.
Kitapun pasti pernah diperhadapkan seperti Yusuf, dimana kita disakiti, dibenci, dihina dsbnya, tetapi kita harus tetap bisa mengampuni, dan salah satu ayat yang menguatkan saya untuk bisa mengampuni adalah ayat berikut.
Roma 14:8 (TB) *Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.*
Jadi jika kita merasa bahwa hidup kita bukan milik kita sendiri, mengapa kita tidak bisa mengampuni? Mengapa kita masih menaruh sakit hati? Mengapa masih merasa tidak dihargai?
Jika hidup kita adalah milik Kristus dan kita hidup utk Kristus, mau disakiti, mau dikhianati, mau dibenci, di olok-olok atau apapun itu, yang bisa membuat kita marah dan bahkan dendam, sudah tidak ada lagi, karena bukan lagi kita yang di sakiti, tetapi pemilik hidup kitalah yang disakiti, jadi bersyukur dan dijalani saja, dan jangan lupa, mengampuni dengan tulus. Maka kita akan merasakan sukacita sorgawi walau harus menderita.
Amin, Tuhan Yesus memberkati.
*PD Autopia Malang*
21092017
Andika Zakaria
Komentar
Posting Komentar