2757 Rema : Awan setelapak tangan

Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach.

Renungan malam ini bertema

 *Awan setelapak tangan*

Dasar firmanNya dari

 *1 Raja Raja 18 : 44*
Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: *"Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut." Lalu* kata Elia: "Pergilah, katakan kepada Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan."


Ketaatan dan kesetiaan Elia pada perintah Tuhan ( *1 raja raja 18:1)* bahwa hujan akan segera turun tidak diragukan. Elia melakukan perintahNya dengan iman tanpa menawar sedikitpun.
Padahal saat itu tidak dilihatnya satu tandapun bahwa akan turun hujan. Terlebih lagi ia akan bertemu dengan Ahab dan itu bukan sesuatu yang mudah. Dia harus mempertaruhkan nyawanya. Karena raja Ahab berusaha keras memburu Elia untuk membunuhnya karena Elia dipersalahkan menjadi penyebab atas musim kemarau hebat yang melanda negerinya. Sesungguhnya penderitaan musim kemarau itu ada karena ketidaktaatan bangsa Israel kepada Tuhan.

 *1 Raja Raja 18 : 18*
Jawab Elia kepadanya: "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab *kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal.*


Mereka dalam hidupnya lebih percaya pada Baal dan kekuatan mereka sendiri daripada mengikuti perintah Tuhan yang bagi mereka mustahil dan menyulitkan. Karena itulah Tuhan murka.
Tetapi kasih setia Tuhan untuk selamanya  ( *Mazmur* *100: 5* ) sehingga Allah berencana menolong bangsa Israel dengan hujan.
Walaupun pada saat bertemu dengan Ahab melalui Obaja, Elia tidak melihat tanda-tanda akan turun hujan. Tetapi dengan iman yang teguh   Elia mengatakan pada raja Ahab akan segera turun hujan ( *1 raja raja 18: 41)*

Setelah nubuat itu dinyatakan pada raja Ahab maka ia naik ke gunung dan sujud berdoa sampai tujuh kali ( *1 raja raja 18: 42 - 43* ).
Kemudian barulah ada tanda "kecil" Tuhan yang diberikan yaitu : ".... Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut .... (1 raja raja 18: 44 ).
Awan ini dapat mendatangkan hujan atas seluruh tanah Israel.  Kita lihat meskipun Tuhan telah berfirman kepada Elia di ayat 1 tadi tetapi bukan berarti Elia menunggu dengan duduk manis tidak melakukan apa apa. Tetapi dalam penantian ia tekun berdoa bahkan semakin merendahkan diri dihadapanNya. Ia percaya mujizat Tuhan pasti terjadi meskipun secara logika manusia tidak mungkin awan kecil sebesar telapak tangan dapat menurunkan hujan.

Saudara saudara, kisah Elia dan raja Ahab ini mengingatkan kita untuk *tetap bertekun mendekat Tuhan dengan berdoa dan ibadah menunggu janjiNya*, walaupun kita belum melihat tanda tanda dari janji Tuhan.
Bahkan seperti Elia sujud menyembah sampai ke tanah yaitu semakin merendahkan dirinya dihadapan Tuhan dan taat melakukan perintahNya. Sehingga pada waktu perkenan Tuhan untuk menyatakan janjiNya bisa dengan cara yang tak terselami yaitu sesuatu yang "kecil" yang mustahil bagi manusia tetapi dipakai untuk menyatakan mujizat besar. Dan itu mendatangkan pengharapan dan kedamaian.

Marilah kita sabar menunggu janjiNya dengan tetap berusaha terus tekun, setia dan taat beribadah supaya semakin diteguhkan iman kita. Sehingga kita dapat menerima apa yang telah menjadi bagian kita pada waktuNya. Karena pekerjaan Allah tidak terselami  oleh manusia.

 *Roma 11 : 33*
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!


Tiada satupun manusia yang dapat memahami keputusan dan jalanNya. Tetaplah setia walaupun yang kita lihat kecil hanya
 " *awan setelapak* *tangan " tetapi percayalah itu dapat dipakai Tuhan untuk menyatakan mujizatNya yang besar dan ajaib* .
Selamat malam, Tuhan Yesus memberkati. Haleluya. Amin

*PD Autopia Malang*
Wita

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

1523 Regi: Selamatkan lah waktumu