1156 Rensi: Berbahagialah orang yang percaya
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Mashiach, saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus, renungan siang ini dengan tema:
Rahayu Wong kang Pracaya
*Berbahagialah orang yang percaya*
Tema renungan siang kita sudah acap kali diangkat menjadi bahan bahasan pembicaraan dan perenungan.
Mengapa hal itu terjadi dan begitu penting?
Sebab sumber iman percaya itu adalah Allah sendiri. Allah yang memberi iman kepercayaan kepada manusia termasuk kepada diri kita. Jadi iman bukanlah rekayasa dan hasil usaha manusia untuk membangun kepercayaan dan rasa percaya itu. Sebab Tuhan Allah yang menyelamatkan... Allah yang berkuasa... Allah yang mengutus... Allah yang mengampuni... Allah yang adalah segala-galanya bagi manusia termasuk kita yang masih menjalani kehidupan saat ini. Seperti yang Tuhan Allah lakukan pada nabi Yesaya
Yesaya 6:7 (TB) Ia *menyentuhkan*nya kepada mulutku serta *berkata*: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
Allah sebagai sumber keimanan kita. Allah yang memiliki kuasa untuk menentukan segala perkara tentang keselamatan umat manusia dari sejak awal penciptaan manusia (Adam & Hawa) jatuh ke dalam dosa. Adam "tidak percaya dan menaati akan sabda- perintah Firman Allah" yang seharusnya menjadi sumber kepercayaan yang membahagiakan di sepanjang kehidupannya untuk terus hidup bersama Allah. Hidup bersama Allah dan terus berkomunikasi dengan Allah di Taman Eden,Taman Firdaus milik Allah.
Karena manusia pertama Adam telah jatuh kedalam dosa dengan tidak mau mendengar perintah Allah maka seluruh anak cucu seketurunannya tidak berbahagia.
Satu pelanggaran atau sedikit saja pelanggaran kita seperti halnya Adam yang tidak menaati perintah Allah, itu adalah wujud dosa.
Firman- 'dhawuh' perkataan Allah : "A" kita terima dan kita lakukan- kita jalani menjadi A minus- menjadi A plus- A kuadrat dan seterusnya menurut pertimbangan kepercayaan dan akal budi kita maka ini akan membuat kita berdosa.
Inilah dosa yang sering menciderai iman dan tidak membahagiakan hidup selama mengikut Allah bersama di dalam karya penebusan Yesus Tuhan Juru Selamat kita.
Sekali lagi saudara, Kita disadarkan kembali seperti halnya Nabi Yesaya terhadap tugas pengutusan untuk menyelamatkan setiap jiwa manusia- juga termasuk jiwanya sendiri akan berbahagia. Setiap orang yang dipanggil dan diutus Allah mau melakukan- berpraktek iman : Pasti terselamatkan dan berbahagia.
Lukas 9:3 (TB) kata-Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.
Demikian halnya para murid- sahabat yang diutus bekerja- "berjalan berdua-dua", mereka akan berbahagia dan akan merasakan pemeliharaan penyertaan tanpa rasa kuatir, bimbang terhadap kuasa Tuhan Yesus- Allah yang maha kasih dan maha pengampun. Karena itu
1 Petrus 5:7 (TB) *Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.*
Allah Sang Penyembuh yang mengubah dan memperbaiki setiap hidup kehidupan umat manusia yang mau taat dan percaya bahwa Yesus adalah utisan Allah dan Allah Pribadi yang bersabda menjadi 'sama- serupa' dengan kita yang dikasihiNya. Itulah tujuan kelahiran Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Sumber iman adalah Yesus Kristus yang dapat mengubahkan hidup kita dan dunia ini.
Saudara, Mari kita ingat dan kita pahami: Yang lama sedang berlalu, yang baru sudah datang seperti ragi dan adonan.
1 Korintus 5:7 (TB) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.
Pertanyaan terakhir: Apakah kita sudah turut berbahagia dengan kabar Yesus telah lahir dan telah disalibkan?. Sudahkah iman lama kita diganti dengan iman baru di dalam adonan ragi saat pesta penyembelihan domba Paskah- Sudahkah saat ini kita ikut Kristus Sang Juru Selamat.
Berbahagialah kita. Amin
*PD GIDEON SUWARU*
27102017
Turiman
Rahayu Wong kang Pracaya
*Berbahagialah orang yang percaya*
Tema renungan siang kita sudah acap kali diangkat menjadi bahan bahasan pembicaraan dan perenungan.
Mengapa hal itu terjadi dan begitu penting?
Sebab sumber iman percaya itu adalah Allah sendiri. Allah yang memberi iman kepercayaan kepada manusia termasuk kepada diri kita. Jadi iman bukanlah rekayasa dan hasil usaha manusia untuk membangun kepercayaan dan rasa percaya itu. Sebab Tuhan Allah yang menyelamatkan... Allah yang berkuasa... Allah yang mengutus... Allah yang mengampuni... Allah yang adalah segala-galanya bagi manusia termasuk kita yang masih menjalani kehidupan saat ini. Seperti yang Tuhan Allah lakukan pada nabi Yesaya
Yesaya 6:7 (TB) Ia *menyentuhkan*nya kepada mulutku serta *berkata*: "Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
Allah sebagai sumber keimanan kita. Allah yang memiliki kuasa untuk menentukan segala perkara tentang keselamatan umat manusia dari sejak awal penciptaan manusia (Adam & Hawa) jatuh ke dalam dosa. Adam "tidak percaya dan menaati akan sabda- perintah Firman Allah" yang seharusnya menjadi sumber kepercayaan yang membahagiakan di sepanjang kehidupannya untuk terus hidup bersama Allah. Hidup bersama Allah dan terus berkomunikasi dengan Allah di Taman Eden,Taman Firdaus milik Allah.
Karena manusia pertama Adam telah jatuh kedalam dosa dengan tidak mau mendengar perintah Allah maka seluruh anak cucu seketurunannya tidak berbahagia.
Satu pelanggaran atau sedikit saja pelanggaran kita seperti halnya Adam yang tidak menaati perintah Allah, itu adalah wujud dosa.
Firman- 'dhawuh' perkataan Allah : "A" kita terima dan kita lakukan- kita jalani menjadi A minus- menjadi A plus- A kuadrat dan seterusnya menurut pertimbangan kepercayaan dan akal budi kita maka ini akan membuat kita berdosa.
Inilah dosa yang sering menciderai iman dan tidak membahagiakan hidup selama mengikut Allah bersama di dalam karya penebusan Yesus Tuhan Juru Selamat kita.
Sekali lagi saudara, Kita disadarkan kembali seperti halnya Nabi Yesaya terhadap tugas pengutusan untuk menyelamatkan setiap jiwa manusia- juga termasuk jiwanya sendiri akan berbahagia. Setiap orang yang dipanggil dan diutus Allah mau melakukan- berpraktek iman : Pasti terselamatkan dan berbahagia.
Lukas 9:3 (TB) kata-Nya kepada mereka: "Jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, roti atau uang, atau dua helai baju.
Demikian halnya para murid- sahabat yang diutus bekerja- "berjalan berdua-dua", mereka akan berbahagia dan akan merasakan pemeliharaan penyertaan tanpa rasa kuatir, bimbang terhadap kuasa Tuhan Yesus- Allah yang maha kasih dan maha pengampun. Karena itu
1 Petrus 5:7 (TB) *Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.*
Allah Sang Penyembuh yang mengubah dan memperbaiki setiap hidup kehidupan umat manusia yang mau taat dan percaya bahwa Yesus adalah utisan Allah dan Allah Pribadi yang bersabda menjadi 'sama- serupa' dengan kita yang dikasihiNya. Itulah tujuan kelahiran Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Sumber iman adalah Yesus Kristus yang dapat mengubahkan hidup kita dan dunia ini.
Saudara, Mari kita ingat dan kita pahami: Yang lama sedang berlalu, yang baru sudah datang seperti ragi dan adonan.
1 Korintus 5:7 (TB) Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.
Pertanyaan terakhir: Apakah kita sudah turut berbahagia dengan kabar Yesus telah lahir dan telah disalibkan?. Sudahkah iman lama kita diganti dengan iman baru di dalam adonan ragi saat pesta penyembelihan domba Paskah- Sudahkah saat ini kita ikut Kristus Sang Juru Selamat.
Berbahagialah kita. Amin
*PD GIDEON SUWARU*
27102017
Turiman
Komentar
Posting Komentar