4141 Regi : Introspeksi diri
Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Maschiach
Tema renungan firman Tuhan, pagi ini adalah:
*Introspeksi diri*.
Bacaan Firman:
*Lukas 23:26-32.*
Nas:
*Lukas 23:27-28 (TB)*
Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.
Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: "Hai puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!.
Saudaraku kekasih Kristus, saat ini kita memasuki masa praPaskah.
Saya ajak saudaraku kembali menghayati karya Agung Tuhan Yesus dalam penebusan dosa untuk keselamatan umatNya.
Seperti dalam yat nas, perjalanan Yesus menuju ke Golgota (Bukit Tengkorak) , diiringi tangis para pengikutNya.
Namun di tengah penderitaanNya itu,Yesus menegor mereka agar tidak menangisi diriNya.
Ayat ini tentunya menyentuh hati dan iman kita.
Tuhan Yesus mengatakan, mereka seharusnya menangisi diri mereka sendiri, atau meratapi diri karena secara tidak sadar bahwa penderitaan yang dialami Yesus itu karena dosa manusia yang ditanggungNya.
Bukankah seharusnya manusialah yang menanggung derita badani itu?
Terlebih Yesus mengetahui apa yang akan terjadi yaitu kesengsaraan yang akan menimpa penduduk Yerusalem.
Itulah sebabnya Yesus hendak mempersiapkan hati mereka untuk menghadapi apa yang segera datang dan terjadi.
Yesus bukan tidak berterima kasih atas simpati yang mereka tunjukkan.
Perenungan kita pada masa pra Paskah ini (masa sengsara Yesus), tak cukup hanya tentang kedahsyatan penderitaan yang Yesus tanggung dan dialamiNya, tetapi seharusnya penderitaan Yesus seharusnya membangkitkan keinsyafan betapa lebih mengerikan bagi orang yang tidak hidup sepadan dengan Salib Yesus, karena mereka tidak mungkin akan luput dari murka dan hukumam Allah.
Oleh karena itu mari kita nyatakanlah syukur ini terhadap pengorbananNya dengan menyalibkan sifat dosa dan kedagingan kita seperti dalam firman Nya.
*Roma 6:6 (VMD)*
Kita tahu bahwa hidup kita yang lama sudah mati bersama Kristus di kayu salib. Itu harus terjadi supaya diri kita yang berdosa tidak mempunyai kuasa lagi atas kita. Jadi, kita tidak diperhamba oleh dosa lagi.
Marilah saudaraku, kita terus introspeksi diri agar di dalam hidup kita ada sebuah pengendalian diri, penguasaan diri dan mawas diri dalam segala hal, dengan terus berjuang hidup dalam pertobatan, inilah yang dikatakan meratap diri dari kehidupan yang berlumuran dosa.
Kematian Tuhan Yesus di bukit Golgota, memastikan tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Oleh karena itu sangatlah bijak apabila *orientasi hidup ini bukan lagi tertuju kepada kekinian tapi kepada kekekalan*.
Apabila orientasi hidup kita diarahkan pada Kerajaan Allah, maka kita akan mampu mengarahkan hidup kita untuk melangkah di jalan yang benar menuju keselamatan jiwa. Dengan mengarahkan pandangan iman kita hanya kepada Yesus, sebagaimana firmanNya dalam
*Ibrani 12:2 (TB)*
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Beratnya beban hidup yang sedang kita hadapi atau yang sedang kita jalani saat ini, kiranya tidak menghambat iman kita, karena kita tahu hasil akhirnya jika kita tetap bertahan hidup denga iman kepada Tuhan Yesus maka kita tetap bisa bertumbuh dan berkembang untuk menuju dalam kedewasaan iman dan pemurnian iman.
Sebentar lagi bersama umat Nasrani sedunia kita akan merayakan Paskah bersama, tidak sekedar merayakan tetapi kita wajib mengevaluasi hidup iman kita selama ini, karena hanya melalui karya Penyelamatan Tuhan Yesus di Kalvari kita dituntun kepada hidup kekal, dengan tetap semangat dan bersyukur atas hidup ini dengan meng'amini dan meng'imani karya Agung Nya .
Selamat pagi, selamat beraktivitas Tuhan Yesus memberkati..amin.
*PD.Autopia Malang*
ernawati eliyus.
Komentar
Posting Komentar