3431 Regi : Bapa Menghendaki Kedekatan dengan Ciptaan-Nya
Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Maschiach.
Selamat pagi,salam sejahtera dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Judul renungan pagi, hari ini adalah:
*Bapa Menghendaki Kedekatan dengan Ciptaan-Nya*
Dasar Firman:
*Kejadian 3: 9-10* TB
Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: "Di manakah engkau?" Ia menjawab: "Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi."
Para kekasih Kristus, hal-hal penting apakah yang dapat kita petik dari komunikasi antara TUHAN Allah dengan manusia ciptaan-Nya ini? Apabila kita baca dengan teliti pembicaraan di atas, nyatalah bahwa keduanya sedang diwarnai oleh dua keadaan yang berbeda. Dari sisi Allah, pertanyaan yang diberikan merupakan representasi dari suatu kerinduan akibat adanya keinginan hati untuk bertemu, sehingga tercetus kalimat: _“Di manakah engkau?”_
Namun sebaliknya, dari pihak manusia terjadi perasaan takut dan keinginan untuk bersembunyi!
Ironis bukan, satu pihak ingin bertemu di lain pihak ingin bersembunyi. Ketakutan serta keinginan untuk menjauhi TUHAN Allah ini tidak lain diakibatkan oleh pelanggaran manusia mula-mula terhadap ketaatan akan larangan-Nya dengan memakan buah dari pohon yang ada di tengah-tengah Taman Eden.
Lebih jauh, efek ketidaktaatan di atas tidak hanya takut dan ingin lari dari TUHAN Allah, namun juga kematian
*Kejadian 2: 17*.
Allah yang sangat mengasihi manusia ciptaan-Nya bersikap jauh melebihi kebaikan seorang ayah yang merindukan kembalinya anaknya yang hilang sebagaimana digambarkan dalam Kitab *Lukas, Pasal 15.*
Dalam perumpamaan itu dikisahkan tentang seorang anak bungsu dari dua bersaudara meminta kepada ayahnya yang kaya raya untuk memberikan hak hartanya agar dibagikan kepadanya. Kemudian si bungsu ini pergi ke negeri lain dan di sana berfoya-foya menghabiskan hartanya itu. Ketika dijumpai bencana kelaparan, dia sangat terpuruk di negeri orang, sedemikian buruk keadaannya, sehingga ingin mengisi perutnya dengan ampas makanan babi peliharaan seorang majikan di negeri itu.
Padahal orang tuanya memiliki banyak sekali orang upahan dan berlimpah-limpah makanannya, maka mengingat akan hal itu, bangkitlah ia untuk kembali pulang kepada ayahnya dengan niat memohon pengampunan dan berkata dalam hati: “Aku tidak layak lagi disebut sebagai anak bapa; jadikan aku sebagai salah seorang upahan bapa.”
Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan, Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria.
*Lukas 15: 20-24* TB
Melalui gambaran di atas, Tuhan Yesus bermaksud untuk menegaskan bahwa jika bapa duniawi saja bisa sedemikian kasih terhadap anaknya yang telah bersalah, terlebih Bapa di Sorga.
Dengan demikian, para kekasih Kristus, marilah, dengan mengakui akan segala dosa kesalahan kita dalam janji pertobatan, kita datang kembali kepada Bapa melalui Tuhan Yesus, Sang Pengantara Agung, untuk menyatakan permohonan ampun akan segala dosa kita dengan ketulusan dan kesungguhan hati. Agar pengampunan diberikan dan kasih Bapa yang sangat besar dapat kita rasakan pada sepanjang kehidupan kita ini.
Selamat pagi, selamat beraktifitas, terus bersemangat hidup dalam pertobatan, Tuhan Yesus memberkati.Amin.
*PD Autopia Malang*
_gunawanwibisono_
Komentar
Posting Komentar