41957 Regi : BERPUASA yang BENAR

 Shalom Aleichem b'Shem Yeshua Ha Maschiach.


Renungan firman Tuhan pagi ini dengan tema:


*BERPUASA yang BENAR*.


FirmanNya dari:


*Yesaya 58:6-7 (TB)* 

Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, 

supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!


Kekasih Kristus yang di berkati Tuhan,

Saat ini sudah memasuki bulan puasa bagi saudara kita yang beragama muslim, sebagai anak Allah kita harus menghormatinya.

Tentunya saudara kita dalam menjalani puasa sesuai dengan keyakinanya dan aturan yang sudah ditata dan di sepakati.


Berbahagialah kita yang telah mengenal ajaran kitab suci melalui Yesus, dididik dalam kebenaran firman Allah, tinggal bagaimana pengetrapanya.

Terkhusus saat ini yang kita renungkan adalah bagaimana menjalani *berpuasa yang benar menurut iman Kristen*.

Hal ini bisa lebih di perjelas dan di pertegas dalam firman Nya:


*Matius 6:16-18*.

"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,

supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."


Puasa yang diperkenan Allah ialah puasa yang di sertai kasih kepada Allah dan perhatian yang sungguh sungguh kepada mereka yang menderita dan sungguh membutuhkan pertolongan, itu adalah tindakan kasih.

Yang artinya kita melakukan apa yang dapat kita lakukan dan di wujudnyatakan dengan tulus dan kasih tanpa pamrih:


*Galatia 6:10 (TB)* 

Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.


Kita ingat akan sebuah lagu:*Hidup ini adalah kesempatan*.

Dan kesemuanya itu ada upahnya sebagaimana dalam


*Yesaya 58:8-9 (FAYH)*  

Kalau kamu melakukan semua itu, maka TUHAN akan mencurahkan cahaya-Nya yang mulia ke atas kamu dan membuat kamu bercahaya seperti fajar yang merekah. Ia akan menyembuhkan kamu; kebenaranmu akan memimpin kamu maju, dan kemuliaan TUHAN akan melindungi kamu dari belakang.

Kalau kamu berseru, maka TUHAN akan menjawab dengan segera: Aku ada di sini! Yang harus kamu lakukan ialah jangan lagi menindas yang lemah, atau melontarkan tuduhan-tuduhan palsu, atau menyebarkan fitnah.


Begitu juga dengan berpuasa pribadi yang menuju kesalehan sejati. Allah menghendaki agar dalam, berpuasa umat belajar untuk memiliki *kesungguhan hati dan merendahkan diri*.

Berpuasa berarti *bertobat* yaitu meninggalkan cara hidup yang lama dan memiliki hidup yang baru, rela diubah oleh Allah sesuai dengan kehendakNya.

Juga perlu disertai  dengan komitmen iman : apakah juga keberadaan kita di tengah masyarakat  bisa menjadi berkat yang nyata yang di rasakan oleh siapapun di sekeliling kita?


Hakikat puasa adalah ibadah yang berkenan kepada Allah adalah setiap hati yang benar dalam tindakan yang saleh menurut kriteria Allah,  bukan menurut aturan manusia.

Jadi berbuat baik bagi sesama dan menaati peraturan Allah adalah perwujudan puasa sejati.


Kesalahan manusia di hadapan Allah adalah merasa dirinya benar, lalu mengukur benar tidaknya orang lain dengan standartnya sendiri. Kesalahan yang lain, adalah mengira bahwa dengan melakukan ritual agamanya di hadapan Allah, maka ia boleh tidak peduli dengan sesama. Padahal mengasihi sesama harus diwujudnyatakan dalam tindakan sesama manusia.


Ritual keagamaan tanpa kesejatian makna yang sesungguhnya, hal itu tidak menyenangkan hati Tuhan, sebab bila berpuasa demikian maka kesalehanya hanya bersifat lahiriah semata seperti apa yang dilakukan orang Farisi, yang pamer dalam kesalehanya, seperti FirmanNya dalam 


*Lukas 18:11-12 (TB)* 

Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;

aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.


Karena mereka mempunyai motivasi yang salah dalam menjalankan keagamaanya, maka hal ini tidak Tuhan perkenan.

Sekali lagi kita sebagai orang pilihan Allah maka kita wajib melakukan sebagaimana firman di atas *Yesaya 58:6-7*, karena itu undanglah Roh kudus untuk memimpin dan memampukan kita melakukan puasa seturut kehendak Allah.


Tetaplah bersemangat dalam beraktivitas yakinlah Tuhan Yesus, memberkati kita semua.


Mari kita berdoa 

Ya Bapaku Dengarkanlah doa kami, ampunilah kami yang seringkali jatuh dalam kemunafikan. Ajarlah kami untuk melakukan kehendak Hu dengan motivasi yang benar, Amin.


*PD.Autopia Malang*

  ernawati eliyus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR