2363 Regi: JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN

Shalom Aleichem b’Shem Yeshua Ha Mashiach

Judul renungan pagi ini adalah:

*JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN*

Nats pokok:

*Matius 16: 23.*
Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."


Para kekasih Kristus, pada ayat di atas, Petrus sebagai murid Tuhan Yesus dihadapkan pada situasi yang sama sekali tidak ia duga akan terjadi. Sang Guru Agung menyampaikan kepada murid-murid-Nya, bahwa: Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh ...
*Matius 16: 21.*

Mendengar perkataan Yesus akan “dibunuh”, Petrus tidak siap dan bereaksi keras, bahkan dia menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
*Matius 16: 22.*

Alhasil, buah dari kepanikan dan ketidaksiapan Petrus dalam menerima kondisi buruk yang akan terjadi, berujung pada celaan Tuhan Yesus mengatakan bahwa ia merupakan batu sandungan bagi karya besar Allah.

Lalu, seandainya ada kondisi semacam itu terjadi pada kita, bagaimana seharusnya kita bersikap?
Akankah kita juga menjadi batu sandungan bagi orang lain, seperti halnya Petrus?

Untuk itu, marilah kita meneliti tindakan Daud, ketika ia bersalah dan diperhadapkan dengan kondisi yang sangat berat, yaitu ketika mereka yang tengah kelelahan setelah berjalan selama tiga hari dan tiba di Ziklag (tempat hunian sementara Daud dari kejaran Saul). Mereka mendapati orang Amalek telah menyerbu tempat itu, menjarah serta membakar habis kota kecil ini. Para istri dan anak-anak mereka ditawan, digiring dan dibawa pergi.
Hal ini terjadi akibat Daud mau membantu bangsa Filistin untuk memerangi bangsanya sendiri, Israel, yang mana hal ini di mata Allah merupakan kesalahan besar.

Menjumpai keadaan seburuk itu menangislah Daud dan rakyat yang bersama-sama dengan dia dengan suara nyaring, sampai mereka tidak kuat lagi menangis.
*1 Samuel 30: 4.*

Imam Abyatar pun tidak mampu lagi berdoa, … namun Daud diam dan meneguhkan iman percayanya kepada TUHAN. Daud menerima keadaan ini dan diakuinya sebagai kesalahannya. Daud menyadari dosa dan kekeliruannya, ia bertobat dan menyesali akan kesalahannya itu, kemudian dia tetap  bersyukur karena melalui peristiwa ini seberat ini dia telah disadarkan akan salah dan dosanya.

Setelah menyadari akan semua itu, Daud meminta efod Abyatar untuk digunakan dalam berdoa memohon petunjuk-Nya dan bertanyalah ia kepada TUHAN: “Haruskah aku mengejar gerombolan itu?” dan firman-Nya: “Kejarlah, sebab sesungguhnya, engkau akan menyusul meraka dan melepaskan para tawanan.”
*1 Samuel 30: 7- 8.* 

Kemudian Daud mengejar dan pada hari ke-empat berhasil menumpas gerombolan itu, hingga mampu membawa para istri dan anak-anak mereka kembali beserta harta benda dan jarahan yang sangat banyak.
*1Samuel 30: 9– 20.*

Para kekasih Kristus apabila kita dihadapkan pada kondisi yang berat, marilah segera *introspeksi* agar *menemukan kesalahan kita untuk kita akuinya, bertobat, kemudian memohon petunjuk-Nya tentang apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Undanglah Roh Kudus yang memiliki kuasa dalam memampukan kita melewati hal yang berat itu, agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain!*

Selamat pagi, selamat beraktifitas.
Tuhan Yesus memberkati kita, amin.

*PD Autopia – Malang*
  _gunawanwibisono_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

775 Regi: Kemurahan Allah Lebih Dari Hidup

2083 Rema: Hanya Yesus Jawaban Hidupku

2334 Rema: PERBEDAAN ORANG FASIK DAN ORANG BENAR